Tak Sanggup Tertibkan Tonase Ajukan Tilang Rp 500 Ribu
Senin, 02 Mei 2016
00:00 WITA
Jembrana
4116 Pengunjung
Jembrana, suaradewata.com - Setelah berkali-kali menerapkan penertiban terhdap truk melebihi tonase melintas di jalur Tengkorak Denpasar-Gilimanuk oleh UPT Jembatan Timbang (JT) cekik, namun usaha tersebut gagal terus. Pasalnya, setiap ditindak tegas para sopir selalu memprotes dan menghentikan truknya sepanjang jalan dari areal perkir JT hingga pelabuhan Gilimanuk sehingga terjadi kemacetan. Untuk mengantisiapasi kemacetan yang berulang-ulang ini, pihak UPT JT Cekik akan ajukan tilang Rp 500 ribu terhadap truk melebihi tonase.
Kepala UPT JT Cekik, I Ketut Suhartana mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan tindakan tegas dengan pemulangan paksa atau melansir muatan bagi sopir-sopir truk yang nakal. “Memang dalam penerapan ini, kami selalu mengahadapi berbagai kendala seperti keterbatasan bekal para sopir yang diberikan oleh bosnya, sistem ongkos sopir secara borongan yang akhirna memaksa para sopir untuk mengabaikan Tonase, adanya pembiaran atau pelolosan truk kelebihan Tonase dari daerah sebelumnya (Jawa) sehingga para sopir merasa diperlakukan tidak adil hingga rendahnya denda Tilang saat ini yang hanya Rp 85.000,” katanya
Lebih lanjut, Suhartana mengatakan, pihaknya akan berupaya menerapkan denda tilang Rp 500.000. Sehingga, sesuai UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ, dalam waktu dekat ini pihaknya akan berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait guna merealisasikan penerapan denda tilang ini. Kami juga akan bersurat ke Menteri Perhubungan untuk menegur Gubernur yang tidak patuh terhadap UU No. 22 Tahun 2009, PP 74 Tahun 2014 tentang angkutan jalan dan Peraturan Menteri No. 134 tentang penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor,” Jelasnya
Dari pantauan, meskipun sejumlah truk dipaksa menurunkan barangnya karena melebihi tonase, namun sejumlah truk juga dibiarkan lewat meskipun melebihi tonase. Sehingga, aksi protes selalu mewarnai UPT JT Cekik. “Saya protes kenapa truk yang juga melebihi tonase dibiarkan jalan. Sedangkan saya harus menurunkan barangnya. Aapa karena saya dari luar Bali. Atruan macam apa ini,” Keluh Suparman,39 asal Banyuwangi.dep
Komentar