Dewan Soroti Pemasaran Dan Penanganan Pasca Panen Minim Perhatian
Minggu, 24 April 2016
00:00 WITA
Bangli
3177 Pengunjung
suaradewata.com
Bangli, suaradewata.com – Sejatinya Bangli mempunyai potensi pertanian yang sangat tinggi dengan hasilnya pertanian yang cukup beragam. Hanya saja, selama ini persoalan klasik yang kerap dihadapi petani yakni pemasaran dan penanganan pasca panen yang selama ini justru minim mendapat perhatian pemerintah. Selain itu, Bangli juga belum mempunyai pasar induk yang khusus memasarkan hasil-hasil pertanian seperti harapan para petani selama ini. Demikian ditegaskan, Anggota Komisi II DPRD Bangli,Ketut Mastrem dihubungi Minggu (24/04/2016).
Dijelaskan, politisi asal Desa Katung, Kintamani ini, menghadapi pasca panen banyak petani di Bangli dan Kintamani pada khususnya justru menjual hasil panennya ke pasar induk di daerah lain. Salah satunya, yakni ke Tabanan. Dengan kondisi ini, lanjut dia, penghasilan petani menjadi berkurang karena terpotong biaya trasport yang cukup tinggi. “Para petani di Bangli banyak berharap agar ada pasar induk untuk memasarkan hasil-hasilnya. Sebab, selama ini banyak petani justru membawa hasil pertaniannya ke pasar induk di Tabanan” ungkapnya.
Terlebih lanjut dia, Bangli dan Tabanan merupakan daerah penghasil pertanian di Bali yang paling besar. Sementara daerah lainnya, adalah sasaran utama sebagai daerah pemasaran, seperti Badung dan Denpasar. “Karena itu, kedepan Pemkab Bangli perlu menjalin kerjasama dengan daerah lain yang selama ini terkenal menjadi konsumen. Dengan begitu, pemasaran hasil pertanian di Bangli akan semakin lancar,” tegasnya.
Dengan pola tersebut, diyakini, tak hanya akan menguntungkan petani. Tapi perekonomian lokal juga akan turut terangkat. Selain pemasaran, lanjut Mastrem, penanganan pasca panen juga mesti mendapat perhatikan pemerintah. Sebab, selama ini perhatian pemerintah terhadap penanganan pasca panen dinilai masih minim. Terutama saat terjadi over produksi. “Dalam hal ini pemerintah perlu menggagas program khusus untuk penanganan pasca panen. Terutama saat terjadi over produksi. Ini perlu kita pikirkan bersama, Bila perlu dengan sentuhan teknologi agar penghasilan para petani bisa dimaksilkan lagi,” pungkasnya. ard
Komentar