Panca Wali Krama Di Pura Samuantiga Dipuput 17 Sulinggih
Rabu, 20 April 2016
00:00 WITA
Gianyar
4691 Pengunjung
istimewa
Gianyar, suaradewata.com – Ribuan umat dari berbagai daerah memadati prosesi upacara Panca Wali Krama di Pura Samuantiga, desa Bedulu, kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Rabu 20 April 2016. Upacara Panca Wali Krama yang dipuput 17 orang sulinggih itu, juga dihadiri Wakil Gubernur I Ketut Sudikerta, Kadis Peternakan Provinsi Bali Putu Sumatra serta Ketua BKS Bali I Nyoman Cendikiawan. Mantan Gubernur Bali I Dewa Beratha juga tampak hadir dengan sejumlah Kepala Dinas Pemkab Gianyar, serta bendesa dan pimpinan LPD di Kabupaten Gianyar.
17 sulinggih melakukan pemujaan masing-masing di 4 arah penjuru (utara, timur, selatan dan barat) serta 7 suliinggih melakukan pemujaan di titik tengah yakni Ida Pedanda Gria Babakan, Ida Pedanda Eha Tampaksiring, Ida Pedanda Angkling, Ida Pedanda Gria Sanur, Ida Pedanda Mas Baturiti, Ida Pedanda Buda Gria Santrian Ubud dan Ida Resi Angkling. Prosesi yang dipandang sebagai puncak adalah saat melaksanakan prosesi membuat “Nasi Tawur” di tengah-tengah areal upacara yang dilakukan oleh Pedanda Bhuda. Nasi Tawur dibuat dengan mencampurkan berbagai sarana upakara dari empat “Sanggar” di empat arah mata angin dengan materi utama beras empat warna, hitam putih, kuning dan merah yang merupakan simbol kekuatan “pangider bhuwana” atau sebagai perlambang keseimbangan alam semesta.
Setelah dicampur, Ida Pedanda Bhuda melakukan puja mantra yang mengandung makna untuk membuka jalan bagi kekuatan alam menuju arah kekuatan para dewata sehingga akan tercipta keseimbangan alam dan keseimbangan antara “bhuwana agung” (alam semesta) dengan “bhuwana alit” (manusia).
Wagub Sudikerta setelah menyerahkan punia Rp 30 juta kepada panitia upacara yang diwakili Ketua Paruman Penyungsung Pura Samuantiga, memuji kebersamaan umat dalam menyongsong dan melaksanakan Tawur Panca Wali Krama yang baru pertama kali dilaksanakan di Pura Kahyangan Jagat Samuantiga.
Ketua Paruman Penyungsung Pura Samuantiga, Drs Wayan Patera, M.Hum., mengakui Tawur Panca Wali Krama tidak hanya didukung lima desa pakraman pengemong. Desa Pakraman Wanayu Mas, Taman, Bedulu serta Desa Pakraman Tengkulak Kaja dan Desa Pakraman Tengkulak Tengah, namun desa pakraman penyangga seperti Desa Pakraman Margasengkala Tegalinggah, Hyangloni dan Tengkulak Kelod juga aktif dalam menyiapkan kelengkapan upacara sampai terlaksananya upacara itu.
Wayan Patera juga menegaskan sejumlah desa pakraman di Bali ikut melalui punia uang kepeng yang memang cukup banyak diperlukan guna melaksanakan ritual yg akan dilaksanakan 20 tahun sekali itu. "Hampir semua Desa Pakraman berdatangan untuk menyampaikan punia uang kepeng. Hal ini karena mereka (para pendesa-red) menyadari desa pakraman itu terlahir dari pertemuan yang dilakukan RAJA UDAYANA yang dihadiri Mpu Kuturan di abad ke-11 silam," jelas Wayan Patera seraya menuturkan selain desa pakraman dalam pesamuan akibat banyaknya konflik antar-sekte itu, juga disepakati konsep Tri Murthi yg distanakan di pura Kahyangan Tiga di masing masing desa pakraman. gus
Komentar