TNI Buka Akses Jalan Pemukiman Warga Terisolir Di Buleleng
Jumat, 01 April 2016
00:00 WITA
Buleleng
2890 Pengunjung
suaradewata.com
Buleleng, suaradewata.com –Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) kembali menorehkan prestasinya dengan membuka akses jalan bagi 50 Kepala Keluarga (KK) yang ada di kawasan Banjar Dinas Puncak Sari, Desa Gerokgak, Kamis (31/3).
Kasdim 1609/Buleleng, Mayor.Inf. Ketut Sudiarta seizin Dandim 1609/Buleleng, Letkol. Inf. Budi Prasetyo, mengatakan, pihaknya terlebih dahulu mendekati pemilik lahan agar tanah mereka dapat digunakan sebagai akses jalan. Sehingga, para pemilik lahan akhirnya memberikan akses yang kini dalam tahap pemasangan patok.
“Proses dilanjutkan dengan Pra TMMD yang merupakan kegiatan fisik jalan itu sendiri. Pelebaran dilakukan terhadpa jalan yang belum terbangun dan pohon ditebang untuk badan jalan yang akan dibangun,” ujar Mayor Sudiarta.
Menurutnya, akses yang akan dibangun sepanjang 1,13 kilometer dengan lebar empat meter. Dalam pembangunannya, dilakukan pengerasan jalan dengan pola betonisasi yang nantinya menggunakan dana bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) milik Desa Gerokgak.
Kondisi warga yang puluhan tahun terisolir pun sungguh sangat menghkawatirkan. Terlebih ketika terjadi upacara adat seperti kematian yang membutuhkan ijin melintas dari sang pemilik tanah.
Pasalnya, bukan masalah melintas yang menjadi masalah melainkan upacara kematian yang dilakukan terhadap jenazah warga di Banjar Dinas Puncak Sari pun akhirnya menelan biaya besar. Hal tersebut terkait dengan kepercayaan atau adat istiadat dilakukan terhadap tanah milik pribadi yang harus dibuatkan upacara khusus sebelum dan sesudah dilintasi oleh jenazah.
Hal tersebut disampaikan Perbekel Gerokgak, Putu Mangku, yang turut hadir dalam kegiatan Kodim 1609/Buleleng. Dikatakan, permasalahan melintasnya jenazah warga di Banjar Dinas Puncak Sari ketika sang pemilik tanah tidak memberikan izin. Sehingga, kondisi tersebut cukup menjadi fenomena selama puluhan tahun di kawasan yang dipimpinnya itu.
Permasalahan lain yang selama ini menjadi dinamika di Banjar Dinas Puncak Sari yakni keberadaan sebuah tempat suci milik “Dadia” atau Kelompok warga yang masih memiliki ikatan kekeluargaan. Kendala yang dihadapi setiap kali melakukan upacara adalah akses jalan yang tidak ada sehingga harus melewati saluran irigasi.
“Bukan hanya jenazah dan ketika ingin sembahyang ke Pura, tapi ketika menjual hasil pertanian dari masyarakat yang sebagian besar sebagai petani pun harus dilakukan manual. Sebab kendaraan tidak dapat masuk ke areal pertanian untuk mengangkut hasil panen,” papar Mangku.
Permasalahan pengangkutan hasil panen pun akhirnya mempengaruhi pendapatan warga. Hal tersebut disebabkan beban ongkos pengangkutan manual yang dikeluarkan untuk membawa hasil panen ke luar kawasan Banjar Dinas Puncak Sari.
“Dengan keberadaan TNI yang membuka akses, masyarakat sangat merasa senang dan berterima kasih karena sebelum dibuka jalan ini masyarakat betul-betul merasa kesulitan dan terisolir karena tidak ada jalan,” pungkas Mangku. adi
Komentar