Aset Wisata Air Panas Banyuwedang Terbengkalai
Selasa, 15 Maret 2016
00:00 WITA
Buleleng
4341 Pengunjung
suaradewata.com
Buleleng, suaradewata.com – Keseriusan Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk mengembangkan sektor pariwisata di kawasan Utara Pulau Bali cukup menuai keraguan. Hal tersebut terlihat dari kondisi asset wisata yang ada di kawasan Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, yakni mata air panas Banyuwedang.
“Selama ini hanya digunakan oleh warga untuk minum dan pengobatan sakit kulit. Selain itu, juga digunakan sebagai salah satu fasilitas di hotel-hotel. Memang selama ini tidak terawatt sebab belum dikelola secara maksimal sehingga kondisinya masih seperti saat ini. Dan belum banyak tamu yang berkunjung karena kondisinya pun tidak terawatt,” ujar Putu Suastika selaku Kelian Desa Pakraman Pejarakan, Senin (14/3).
Menurutnya, keberadaan kolam yang biasanya digunakan oleh para wisatawan kini hanya menyisakan bekas bangunannya saja. Beberapa bangunan kamar mandi dan sebuah kolam pun baru dialiri jika ada permintaan dari pengunjung yang mendatangi objek wisata Banyuwedang.
Ironisnya, sejumlah pipa yang dialiri air panas dengan suhu kisaran 30 derajat celcius mengalir ke sejumlah hotel-hotel yang ada di kawasan Desa Pejarakan. Sehingga, sejumlah wisatawan memilih untuk berendam di hotel daripada ke lokasi pemandian yang kondisinya cukup memprihatinkan.
Objek air panas Banyuwedang bukan merupakan objek wisata yang keberadaannya baru di Desa Pejarakan. Rencana kerjasama yang sempat dibangun oleh pihak Desa Adat dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng pun sudah lama diwacanakan.
Dimana, lanjut Suastika, wacana yang dihembuskan sebagai angin segara oleh pemerintah Kabupaten Buleleng bahwa objek tersebut akan dijadikan Daya Tarik Wisata (DTW).
“Kita sudah ada komunikasi dengan Disbudpar, rencananya bulan depan akan kami intenskan karena sekarang kami belum bisa karena ada upacara. Rencana akan kita kelola bersama dan konsepnya sudah kita susun, salah satunya dengan pembuatan tiket masuk,” ujar Suastika.
Kepala Disbudpar Buleleng, Gede Suyasa, ketika dikomfirmasi awak media mengatakan , masih perlu komunikasi lebih intensif dengan desa adat dan dinas untuk membahas rencana penataan kembali air panas Banyuwedang. Menurut Suyasa, harus ada bentuk kesepakatan untuk menyusun rencana lebih lanjut terhadap pengelolaan objek wisata tersebut.
“Kita akan perlu bahas lebih intens lagi di tahun ini untuk bisa meningkatkan daya tariknya, supaya seperti di air panas Banjar. Kita sudah sempat diskusikan tapi belum mendalam sampai pada masterplane yang akan dikembangkan sampai batas mana dan mana saja yang akan dibebaskan lahannya,” ujar Suyasa menegaskan.
Suyasa pun memastikan akan ada bentuk perubahan tingkat kunjungan ketika sudah ada penataan di kawasan tersebut. Yang imbasnya, berdampak pada tingkat perekonomian masyarakat di sekitar kawasan objek wisata Banyuwedang.
Menurut Suyasa, minimnya kunjungan dikawasan tersebut pun terkait dengan informasi keberadaan yang sangat kurang dipromosikan. Sehingga, belum banyak orang yang mengetahui tentang keberadaan mata air panas di Desa Pejarakan. adi
Komentar