PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Dengan Isra dan Mi’raj, Menuju Kedamaian Indonesia

Selasa, 19 Mei 2015

00:00 WITA

Nasional

4251 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Opini, suaradewata.com -Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.

Isra’ dan Mi’raj merupakan dua cerita perjalanan yang berbeda. Isra’ merupakan kisah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem. Sedangkan Mi’raj merupakan kisah perjalanan Nabi dari bumi naik ke langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerima perintah di hadirat Allah SWT.

Namun karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebutlah peristiwa Isra’ Mi’raj. Selama perjalanan Nabi ditemani Malaikat Jibril dengan menunggangi Buraq. Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi dalam waktu singkat, yaitu hanya dalam satu malam.Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan antara seorang hamba dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian.

Makanya tidak berlebihan apabila dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya, Alexis Carrel menyatakan apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut.Tanpa pendapat Carrel pun, Kitab Suci Al–Qur’an, 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.

Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tidak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).

Habib Muhsin Abu Fathiem Bin Syekh Abu Bakar, da'i yang berasal dari Palembang, mengatakanManusia harus selalu ingat dengan Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan manjauhi larangan-Nya. Karena kalau jauh dari Allah, maka membuat manusia cinta dunia yang akan membawa manusia kepada kemaksiatan, seperti mabuk, korupsi dan lain-lain.  Yang tidak kalah pentingnya adalah menjalankan dan menjaga sholat lima waktu, sesuai dengan peringatan dari Isra dan Mi’raj. Lima keuntungan dari Sholat antara lain diberikan kemudahan kehidupan dunia atau lapang, aman dari azab kubur, diberikan hasil amalnya kelak dari tangan sebelah kanan, akan melintasi jembatan Shiratal Mustakim seperti kilat dan masuk surga tanpa hisab.

Peranan ormas-ormas Islam bagi perbaikan umat dan kemajuan perkembangan Islam akhir-akhir ini  dinilai banyak kalangan semakin meningkat. Peranan ormas Islam tersebut juga dapat membantu membina akhlak-akhlak umat Islam di Indonesia, sehingga mempunyai akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam sesuai dengan Alqur’an dan hadist. Namun demikian, di balik perkembangan positif tersebut, tetap masih ada gerakan-gerakan yang menginginkan negara Indonesia  yang bermacam-macam agama, menjadi negara Islam atau kehidupan sehari-hari berdasarkan syariat Islam, sehingga mereka berbenturan dengan negara, karena dianggap membawa membawa paham radikalisme Islam.

Penelitian dari Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LKIP) mengenai ancaman terorisme di lingkungan pendidikan di kawasan Jabodetabek, hasilnya cukup mencengangkan, yakni sebanyak 49 persen pelajar pro terhadap aksi radikalisme. Alasan utama ke-49 persen suara pro tersebut adalah karena faktor kebanggaan semu terhadap agama yang dianutnya. Umumnya mereka menganggap bahwa agama yang dianutnya adalah yang paling benar, sedangkan yang lain salah, bahkan dianggap kafir.

Kita semua harus menyadari bahwa kalangan muda rupanya telah mulai teracuni oleh paham radikal sehingga menimbulkan rasa benci terhadap mereka-mereka yang tidak sepaham dengannya. Banyak pemuda yang rupanya terjerat indoktrinasi radikal sehingga berkembang menjadi kalangan yang memiliki sifat keeksekusif-an semu. Selain itu, indoktrinasi tersebut juga membuat anak muda tidak menghargai perbedaan, namun justru bersedia untuk menggunakan kekerasan untuk mempertahankan apa yang mereka yakini sebagai hal yang paling benar. Salah satu faktor yang mendorong terjadinya intoleransi tersebut berasal dari ranah pendidikan, pendidikan yang tidak mengajarkan ajaran Islam secara benar.

Atas dasar hal tersebut, mereka pun seakan mengamini bahwa radikalisme adalah bagian dari perjuangan melegitimasi agama yang diyakininya terhadap komunitas lain.Kehidupan moderat pun terancam eksistensinya, dan terorisme pun kian mendapatkan angin segar untuk melancarkan tujuannya. Bahkan beberapa kali sempat ditemui fakta mengenai kalangan muda yang memuja pelaku teror sebagai pahlawan.

 Dalam meneladani peristiwa Isra’ Mi’raj, tahun 2015 ini sebagai momentum meneladani akhlakul karimah Rasulullah SAW dan evaluasi diri selama satu tahun. Kehidupan dan akhlak Rasulullah SAW harus mewarnai kehidupan kita semua dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Kita sebagai generasi muda Umat Islam harus bisa menjawab dengan tindakan dan kerja positif.

Kita harus dapat mengatakan gerakan radikal dan  terorisme merupakan bentuk yang melenceng dari akhlak manusia khususnya umat Islam, untuk melawannya, kita perlu menciptakan pendidikan yang kritis dan mencerahkan yaitu pendidikan yang mengajarkan realitas-realitas yang tengah berlangsung, sehingga kalangan muda pun menjadi peka akan isu-isu yang berkembang di sekitarnya. Idealnya  kira harus secara terus menerus melakukan  sosialisasi ajaran Islam yang benar oleh semua kalangan, utamanya oleh para dai, tokoh agama, dan ulama. Masa depan Islam akan ditentukan oleh seberapa besar dan benar pemahaman umat Islam itu sendiri terhadap ajaran Islam yang hanif, yakni Islam yang lurus, toleran dan terbuka. Yang tidak kalah pentingnya adalah menjalankan dan menjaga sholat lima waktu, sesuai dengan peringatan dari Isra dan Mi’raj. Kalau kita menjalankan sholat lima waktu dengan khusu  dan benar maka akan menjauhkan kita dari perbuatan keji dan  mungkar dan menjauhkan dari paham-paham radikal.Dengan begitu, misi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin akan tercapaimenuju kedamaian dan kita dapat membangun Indonesia yang lebih baik.

Sasman, penulis adalah pendidik pada pondok pesantren di Kabupaten Kaur Bengkulu


Komentar

Berita Terbaru

\