PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Jangan Tolak Jokowi Ke Papua

Rabu, 13 Mei 2015

00:00 WITA

Nasional

5161 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Opini, suaradewata.com - Sudah banyak tokoh asal Papua yang  menyadari bahwa perjuangan untuk melepaskan diri dari NKRI tidak pernah berhasil, namun mereka yang tergabung dalam Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) masih tetap memperjuangkan  kemerdekaan Papua yang dipusatkan pada tanggal 1 Mei. Beberapa hari sebelumnya Boy Eluay, putra sulung Theys Hiyo Eluay pemimpin Organisasi Papua Merdeka (OPM)nampak hadir dalam syukuran hari ulang tahun pasukan elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ke-63 di markas Kopassus, Cijantung Jakarta Timur.  Selain Boy serta sejumlah orang Papua lainnya, nampak juga hadir puluhan tokoh dari daerah yang sempat mengalami konflik, seperti Aceh  dan Maluku.  Sementara  dari Papua juga hadir Nicolas Youwe, Nick Meset, Frans Yocku, dan Supir Murib. Sama seperti Boy, Supir Murib dan Maipur Murib yang adalah  anggota kelompok bersenjata yang sempat mengangkat senjata dan beroperasi di sekitar Kabupaten Puncak Jaya mengatakan, mereka  saat ini sudah tidak mengangkat senjata setelah melihat dan merasakan pembangunan yang dilaksanakan di daerahnya. Bersama beberapa kawan sudah tidak mengangkat senjata dan bersama masyarakat lainnya kembali ke kampung setelah melihat pemerintah bersungguh-sungguh membangun Papua. Supir Murib dan Maipur Murib terlibat dalam beberapa kasus penembakan di Kabupaten Puncak Jaya yang menewaskan aparat keamanan.

Pembangunan infrastruktur di tanah Papua dalam beberapa waktu kedepan akan terlihat nyata  setelah Presiden Jokowi memerintahkan agar pembangunan rel kereta api di wilayah paling timur itu segera dibangun. Kebutuhan pembiayaan pembangunan kereta api jalur Trans Papua tahun dianggarkan sebesar Rp.10,33 triliun. Lintasan baru kereta tersebut akan menghubungkan Sorong-Manokwari  sepanjang 390 km. Dalam waktu dekat Presiden akan kembali datang ke Papua  untuk menepati janjinya  mempercepat pembangunan di segala bidang dan mendekatkan diri dengan masyarakat di wilayah itu.  Presiden juga akan meletakkan batu pertama atau juga meresmikan sejumlah proyek pembangunan di Papua. Selama kunjungan kerjanya di Papua, Presiden Jokowi dijadwalkan melakukan penandatanganan peresmian dan pembangunan sejumlah proyek antara lain peresmian jaringan kabel optik bawah laut, dan kampus STPDN, serta pembangunan jembatan Holtekam.  Presiden juga akan melakukan panen raya dilahan seluas 300 hektar di Merauke. 

Seperti diketahui sebelumnya, terdapat beberapa peristiwa yang dilakukan  kelompok TPN-OPM menjelang tanggal 1 Mei lalu. Di Jayapura pengurus KNPB mengadakan jumpa pers menolak aneksasi RI ke Papaua. Mereka juga membagikan selebaran yang menyatakan jika Indonesia mendukung Kemerdekaan Palestina dalam KAA maka seharusnya juga memberikan hak untuk penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua. Mereka juga menuntut agar pemerintah membuka akses bagi jurnalis  asing meliput di Papua serta membebaskan sejumlah Tapol OPM. Di Manokwari, 12 orang aktivis KNPB yakni; Sharpras Mbisikbo,  Doni Murib, Ibe Magay, Uneak Lani, Joben Kum, Joran Magay, Stevanus Inegay, Keliopas Bomas, Yerius Wondar, Wainus Karoba, Demen Diolame, dan Sem Entama yang seluruhnya masih berstatus pelajar dan mahasiswa ditahan aparat keamanan karena diketahui melakukan pembagian selebaran peringatan 1 Mei dan penggalangan dana. Selebaran tersebut menyatakan bahwa Indonesia secara ilegal menganeksasi West Papua pada 1 Mei 1963. Sedangkan berita mengejutkan datang dari Kampung Yambi, Distrik Mulia, Puncak Jaya, Papua. Terjadi aksi baku tembnak antara personil TNI dari Batalyon Taipur Kostrad (Banteng 4), dengan OPM dimana ditemukan seorang  anggota OPM pimpinan Tengah Wemda tertembak. Dari tanganya berhasil disita satu pucuk senjata api.  Kejadian bermula  saat anggota TNI sedang melakukan patroli rutin, tiba-tiba diserang secara sporadis di lokasi kejadian. Aksi baku tembak pun tak terelakkan hingga kelompok OPM yang jumlahnya diperikaran lebih lima orang itu mundur dan kabur ke hutan. Setelah itu pasukan megindetifikasi tempat kejadian dan ditemukan seorang anggota OPM tewas tertembak. Jenazahnya dievakuasi ke Rumah Sakit Mulia dan diserahkan kepada Polisi untuk penanganan selanjutnya.

Akibat dari serangkaian peristiwa yang terjadi menjelang  peringatan 1 Mei di beberpa lokasi, kalangan tokoh masyarakat yang tergabung dalam Forum Oikumenis Gereja Papua menyatakan menolak kehadiran Presiden Joko Widodo, yang akan kembali berkunjung ke Bumi Cendrawasih itu pada 10 Mei mendatang. Dari laporan forum gereja, warga Papua mengaku tertekan dengan sejumlah aksi petugas keamanan.  Pada 1 Mei 2015, hari yang sedianya dinamakan hari integrasi,  diwarnai oleh aksi penangkapan dan penahanan   warga di Merauke, Manokwari dan Jayapura. Selain itu, pada 29 April 2015 di Nabire, tiga orang yang diduga aktivis Organisasi Papua Merdeka, dilaporkan dibunuh dan hingga kini tak diketahui pasti peny terhadap aktivi ebabnya. Karena itu pihak gereja menolak kedatangan Presiden  Jokowi  di Papua. Bagi mereka Papua tidak membutuhkan pembangunan dan kesejahteraan tetapi masalah kekerasan dan kejahatan-kejahatan harus dituntaskan melalui komunikasi yang dilakukan secara  damai.

Nampaknya alasan yang dikemukakan forum  Oikumenis tersebut tidak  benar, mengingat masyarakat Papua sangat membutuhkan pembangunan infrastruktur yang diharapkan selanjutnya dapat menigkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di Papua terutama terhadap orang asli Papua. Kehadiran sejumah tokoh asal Papua di HUT Kopassus menandakan bahwa pemerintah sudah merubah pola pendekatan terhadap mereka yang sebelumnya dianggap sebagai musuh menjadi kawan. Kawan yang akan bersama-sama berjuang untuk melanjutkan pembangunan di Papua agar tercipta kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Sedangkan bagi Jokowi, pembangunan di Papua tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga  meningkatkan kualitas  sumber daya manusia (SDM) dan membangun perekonomian daerah. Harapan  itu mulai tampak dengan berbagai gebrakan Jokowi. Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan keterlibatan dari semua pemangku kepentingan dalam membangun Papua yang damai, karena itu Presiden mengajak  kelompok masyarakat yang masih berada di atas gunung-gunung untuk bersama-sama membangun Papua sebagai tanah  damai yang memberikan harapan bagi rakyat Papua bahwa akan ada komunikasi politik yang dibangun pemerintah untuk melibatkan orang Papua dengan berbagai latar belakang untuk bersama-sama menciptakan kedamaian di Papua.Jokowi diperkirakan mampu menuntaskan berbagai masalah mendasar yang terjadi di Papua.

Terlepas dari isu-isu tentang berbagai aksi kekerasan di  Papua, Jokowi memang sudah mempunyai ruang tersendiri di hati masyarakat Papua, baik mereka  yang tinggal di kota, hingga yang tinggal di  pedalaman. Kedatangan  kali kedua ini merupakan kelanjutan dari kunjungan sebelumnya dalam rangka memperingati Natal akhir tahun lalu. Ketika itu Presiden menyatakan akan membuka dialog antara pemerintah dengan rakyat Papua mengenai pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua serta bertujuan membangun kepercayaan masyarakat terhadap pimpinan di daerah  hingga pusat. Karena itu adanya penolakan kunjungan Presiden kali ini dengan  alasan terjadi serangkaian aksi menjelang 1 Mei 2015 adalah tidakan beberapa oknum saja yang mengatasnamakan rakyat Papua. Padahaal rakyat  sebenarnya sedang menunggu gebrakan Jokowi utntuk mewujudkan pembangunan di tanah Papua.  Jangan pernah menolak kedatanagn  seorang presiden yang berkomitmen kuat untuk mensejahterakan rakyatnya.

Penulis adalah, Andreawaty

 


Komentar

Berita Terbaru

\