Legislator Ragukan Kelanjutan Program Simantri
Senin, 27 April 2015
00:00 WITA
Denpasar
3347 Pengunjung

Denpasar, suaradewata.com - Ketua Fraksi PDIP DPRD Provinsi Bali Nyoman Parta, meragukan kelanjutan program sistem pertanian terintegrasi (Simantri). Pasalnya, Gubernur Made Mangku Pastika sendiri bahkan berkeinginan untuk menghentikan program ini karena beberapa alasan.
Namun ironisnya, keinginan Gubernur Mangku Pastika untuk menghentikan program Simantri ini, justru tak disambut dinas terkait. Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali, menurut Parta, malah menyatakan kesanggupannya untuk melanjutkan program tersebut, dengan sejumlah perbaikan.
"Tetapi kami sangat pesimis itu bisa dilanjutkan. Sebab Gubernur Bali saja berkeinginan menyetop program Simantri," kata politisi PDIP asal Gianyar ini, di Denpasar, Senin (27/4).
Bagi Parta, agak sulit untuk memperbaiki program ini, sebab persoalan yang ada saat ini cukup krusial. "Dengan persoalan yang kompleks, bagaimana nanti memperbaikinya?" kata anggota Komisi IV DPRD Provinsi Bali ini.
Ia menyebut, sesungguhnya program Simantri memiliki konsep yang ideal. Misalnya, memberikan bantuan sapi betina untuk kelompok Simantri. Sapi betina diberikan, dalam rangka membudidayakan sapi Bali.
Selain sapi betina, bantuan juga diberikan secara komunal. "Kenapa? Karena kita ingin dampaknya banyak. Bukan pada perkembangbiakan sapinya saja, tapi manfaat kotorannya untuk dijadikan pupuk organik cair dan padat. Bahkan juga kotorannya bisa menjadi sumber daya listrik," urai Parta.
Hanya saja dari evaluasi selama ini, program yang positif ini justru berat untuk diteruskan. Salah satu kendalanya adalah program ini salah sasaran. "Banyak program yang diberikan ke daerah yang malah kesulitan air," urai Parta.
Ketika air minim, maka sapi tentu kesulitan mendapatkan pasokan air. Selain itu, proses pengolahan kotoran padat dan cair menjadi energi listrik juga membutuhkan air yang banyak. "Kalau air minim, bagaimana mungkin program itu jalan?" kata Parta.
Kendala lain, kencing sapi mengandung amoniak. Akibatnya, mesin pengolah urine sapi cepat rusak karena kadar amoniak kencing sapi yang tinggi.
"Mereka bilang (mesin) bisa diperbaiki. Apa yang akan diperbaiki? Justru itu hanya buang-buang uang saja," tandas Parta.
Atas dasar itu, Parta mengingatkan Gubernur Mangku Pastika, untuk tidak asal menerima tawaran kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali. "Kepala Dinas Pertanian harus diwarning. Kalau gagal, maka harus dimutasi," pungkas Parta. san
Komentar