Banyak Anjing Liar, Vaksinasi Massal Di Bangli Tak Maksimal
Kamis, 23 April 2015
00:00 WITA
Bangli
4507 Pengunjung
Bangli, suaradewata.com– Banyaknya populasi anjing liar di Bangli, menyebabkan vaksinasi masal yang dilakukan dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli, tidak berjalan secara maksimal. Pasalnya, hal tersebut menyebabkan petugas kesulitan untuk menangkapnya guna divaksin. Selain itu, petugas juga mengeluhkan peran serta masyarakat dalam memelihara anjing yang justru dibiarkan dilepas, tak diikat.
Hal ini terungkap saat pelaksanaan program vaksinasi massal rabies tahap VI, di desa Tiga, Susut, Bangli, Kamis (23/04/2015). Hasil pantauan dilokasi, sejumlah petugas penangkap anjing terpaksa harus bekerja ekstra keras, lantaran anjing milik warga lebih banyak dilepas. Petugas itu berjibaku dalam menghalau anjing agar bisa masuk ke dalam jaring. Beberapa anjing terlihat langsung kabur ketika petugas datang. Penangkapan dirasakan semakin sulit pada saat anjing masuk ke dalam perkebunan.
Kabid Keswan dinas P2, Ni Nyoman Sri Rahayu, mengungkapkan keadaan itu membuat pihaknya kelimpungan. Dari sekian anjing yang di vaksinasi, hanya beberapa anjing yang keadaanya diikat oleh pemilik, sedangkan sisanya tetap berkeliaran di lingkungan tempat tinggalnya. “Anjing masih diliarkan, sehingga petugas jadi sulit saat menangkapnya untuk divaksin,” ujarnya saat mendampingi kegiatan vaksinasi di banjar Dinas Temaga, Desa Tiga Kecamatan Susut.
Selain itu, untuk vaksinasi saat ini, pihaknya belum mampu menyasar seluruh desa yang ada di kabupaten Bangli lantaran minimnya vaksin yang dimiliki. Sebagai langkah awal, vaksinasi kali ini hanya lebih diprioritaskan pada daerah yang tergolong zona merah rabies, diantaranya Desa Tiga, Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Desa Yangapi kecamatan tembuku, dan Kecamatan Kintamani. Kelima daerah ini tercatat selama tiga tahun terakhir muncul kasus gigitan anjing positif rabies secara berturut-turut.“Kami belum bisa lakukan kegiatan ini di seluruh desa karena jumlah vaksin terbatas. Untuk saat ini lebih fokus pada daerah zona merah rabies” katanya. Padahal, populasi anjing pada daerah zona merah rabies ini diperkirakan mencapai 7.000 ekor. Angka ini masih jauh dari jumlah total anjing yang ada di kabupaten Bangli, yakni mencapai 45 ribu ekor. Namun sayang, dari sekian jumlah itu, hanya sebagian kecil yang mendapatkan perhatian dari pemiliknya. “Populasi anjing tinggi, tapi tidak semua ada pemiliknya,” jelasnya.
Menindaklanjuti kendala yang ada, rahayu berharap masyarakat yang memiliki anjing juga bisa memerhatikan anjingnya agar tidak menjadi anjing liar, mengingat hal ini menjadi kendala yang paling terlihat saat pelaksanaan vaksinasi. Hal yang sama juga disampaikan Kepala Dusun Temaga, Wayan Sudarta. Dikatakan, perhatian beberapa masyarakat terhadap anjing masih kurang. Hal ini menjadi salah satu pemicu adanya anjing liar. Selain itu, diungkapkan belakangan ini banyak terjadi migrasi anjing dari daerah lain yang mengakibatkan jumlah anjing liar diwilayahnya semakin meningkat. “Kesadaran masyuarakat masih kurang dalam memelihara anjing. Selain itu, banyak ada anjing pendatang, jadinya anjing liar semakin bertambah diwilayah kami,” terangnya.
Dengan kendala tersebut, Dinas P2 Bangli tetap menargetkan vaksinasi bisa menyasar 90 persen dari populasi anjing yang ada didaerah tersebut. Sementara dari lima desa yang masuk zona merah rabies, ditarget vaksinasi bisa rampung dilakukan hingga 13 Mei mendatang. ard
Komentar