PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Darurat Rabies dan Krisis VAR, Pilih Manusia Atau Anjing?

Kamis, 06 Agustus 2015

00:00 WITA

Denpasar

2224 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Denpasar, suaradewata.com - Kasus gigitan anjing rabies di Bali, semakin mencemaskan. Data terbaru di Karangasem, korban gigitan anjing rabies bahkan mencapai 5-10 orang tiap harinya. Ini belum termasuk di daerah lainnya di Bali.


Di sisi lain, stok vaksin anti rabies (VAR) justru sangat terbatas. Bahkan yang mengerikan, vaksin ini ternyata sudah tidak diproduksi lagi oleh Bio Farma, perusahaan yang selama ini spesialis memeroduksi VAR. 

Sebagai jalan ke luar atas situasi ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa eliminasi anjing liar di Bali. Sayangnya kebijakan ini justru menuai protes para pencinta anjing. Bahkan beberapa kali Gubernur Made Mangku Pastika didemo akibat kebijakan mengeliminasi anjing liar tersebut.

Mencermati kondisi darurat rabies dan krisis VAR ini, Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Adi Wiryatama, menegaskan, sesungguhnya yang paling penting dalam kasus gigitan anjing rabies ini adalah nyawa manusia. "Intinya, pilih manusia atau anjing? Kalau saya, pilih nyawa manusia," tandasnya, usai rapat kerja DPRD dengan Gubernur Bali terkait Perubahan APBD Bali 2015, di Gedung Dewan, Kamis (6/8).

Ia pun mencermati beberapa kali para pencinta anjing dan pencinta lingkungan, melakukan protes kepada gubernur Bali terkait kebijakan eliminasi anjing. Hal tersebut, diakuinya tak masalah. Namun, ia meminta semua pihak, agar lebih jernih dalam mencermati kasus rabies ini.

Selain itu, politisi PDIP itu juga meminta masyarakat yang memelihara anjing, agar lebih bertanggungjawab. "Kalau kita semua memelihara anjing dengan tertib, dikandangan, tentu bagus. Tetapi kalau tidak bertanggungjawab memelihara anjing, dibiarkan liar, akhirnya orang asing datang ke sini, rame-rame demo gubernur," tutur Wiryatama, yang didampingi Gubernur Made Mangku Pastika.

Sementara Gubernur Mangku Pastika, pada kesempatan yang sama mengatakan, populasi anjing di Bali cukup tinggi bahkan jauh melebihi kapasitas kemampuan masyarakat untuk mengendalikannya. Di tengah tingginya populasi ini, maka tidak mudah untuk memvaksin anjing, apalagi anjing liar.

"Tangkap satu ekor anjing perlu berapa waktu. Oleh karena itu, satu-satunya jalan ya eliminasi, bagi anjing yang liar. Kalau anjing di rumah, baik-baik, tidak mungkin lah. Yang dipelihara orang dengan baik, tidak mungkin (dieliminasi). Bahkan kalau pemilik anjing minta divaksin, kita vaksin anjingnya," tegas mantan Kapolda Bali itu.

Diakuinya, khusus vaksin untuk anjing, stoknya sangat banyak. Namun, ada kesulitan dalam memvaksin anjing, terutama untuk anjing liar. Padahal, agar terbebas dari rabies, tiap enam bulan anjing diberikan vaksin.

"Beda dengan vaksin untuk orang. VAR habis itu, karena memang perusahaan yang memproduksinya sudah tutup. Sementara kebutuhan akan VAR sangat tinggi. Kenapa? Satu orang digigit anjing, harus empat kali mendapat vaksin, plus vaksin anti tetanus," ujar Gubernur Mangku Pastika.

Celakanya, kata dia, masyarakat yang digigit anjing, banyak yang ngamuk dan tetap minta VAR. "Padahal belum tentu positif rabies. Tetapi siapa mau bertaruh? Siapa mau anggap enteng? Kalau digigit, mau gak mau divaksin," tegasnya. san


Komentar

Berita Terbaru

\