PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Bulan Ramadhan, Harga Cabai  Masih Pedas di Pasaran Tradisional Bangli 

Senin, 27 Maret 2023

17:50 WITA

Bangli

1518 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Aktivitas pedagang bumbu dapur di pasar Kidul Bangli. SD/Ist

Bangli, suaradewata.com - Pasca hari raya Nyepi yang bertepatan dengan bulan Ramadhan,  harga bumbu dapur khususnya cabai masih  pedas di pasaran. Meski sempat mengalami penurunan, harga cabai saat ini masih terbilang tinggi mencapai Rp 85 ribu per kilogram. 

Salah satu pedagang di Pasar Kidul Bangli Ibu Ika, Senin (27/3)  mengatakan  memasuki bulan Ramadhan tahun ini, pasokan bumbu dapur masih relatif aman. Hanya saja, dari sisi harga masih tergolong tinggi. Dia mencontohkan harga cabai pada umanis Nyepi sempat melonjak drastis mencapai Rp 120 ribu. “Sejak kemarin harganya sudah mulai menurun. Namun masih terbilang cukup mahal mencapai Rp 85 ribu  per kilo,”katanya.

Disinggung harga bumbu lainnya, sebutnya, untuk harga bawang bima harganya masih normal, dari harga Rp 25 ribu  hingga Rp 30 ribu per kilonya. Sedangkan bawang kintamani mengalami kenaikan dari Rp 25 ribu kini menjadi Rp 35 ribu per kilo. “Untuk bawang putih kini harganya turun dari tiga puluh enam menjadi tiga puluh ribu rupiah perkilonya,”jelasya.

Kata dia, naiknya harga cabai selain meningkatnya kebutuhan saat bulan puasa, juga lantaran seretnya kiriman dari produsen. Ada kemungkinan banyak petani yang gagal penen akibat cuaca buruk. “Mungkin produksi cabai petani alami penurunan, makanya harga melambung,”bebernya.

Sementara salah seorang petani  I Wayan Rata asal Bayung Gede menyebutkan,  untuk tahun ini produksi cabai miliknya mengalami penurunan hingga 50 persen. Ini akibat ganasnya serangan penyakit, khsusnya penyakit antraks  sebagai dampak cuaca buruk. "Padahal dari sisi harga saat ini masih terbilang tinggi. Namun karena serangan penyakit yang menyebabkan produksi menurun hingga 50 persen," jelasnya.ard/nop


Komentar

Berita Terbaru

\