FKUB Gelorakan Pemuda Bali Lawan Radikalisme
Senin, 14 Agustus 2017
00:00 WITA
Denpasar
3940 Pengunjung
suaradewata.com
Denpasar, suaradewata.com - Agama sejauh ini masih menjadi isu yang krusial di Indonesia. Berbagai kasus dan peristiwa yang menjadi pembicaraan hangat di masyarakat tak lain, karena agama kerapkali dijadikan tameng oleh oknum atau kelompok tertentu. Tujuannya tak lain agar kondusivitas Indonesia terganggu. Disamping itu, wacana nilai-nilai agama kerap dibenturkan dengan Negara. Propaganda dan pengaruh yang dilakukan oleh kelompok radikalisme tersebut mesti disikapi bersama oleh semua pihak.
“Untuk itu Pemuda di Bali harus berani menjadi vionir untuk melawan radikalisme dalam bentuk apapun,”kata Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet, Sabtu (12/8) disela menjadi pembicara dalam Seminar Kebangsaan yang digagas oleh Aliansi Pemuda Bali di Ruang Rapat Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Renon, Denpasar. Lebih jauh, ia menguraikan fenomena masyarakat belakangan ini saling membenci, kurang menghargai kepercayaan orang lain dan mudah curiga. Hal tersebut, jika tidak dicairkan akan membeku dan menjadi boomerang bagi segenap elemen Bangsa Indonesia. Bali sebagai barometer kehidupan kerukunan di Indonesia, diharapkan bisa tetap konsisten memberikan contoh.
Ia berharap banyak, kedepan generasi muda lebih banyak memiliki peran strategis dalam menyikapi isu yang memecah belah bangsa. Keberadan informasi yang berkembang di media sosial agar tidak mudah memancing emosional dan menghakimi sebuah kejadian.
“Harus waspada. Karena ada oknum radikal yang ingin memecah belah kita. Melalui postingan bernuansa SARA dan sesat di medsos. Hal ini yang membuat pengguna Medsos sering emosional. Berkomentar membabi buta dan menyerang sebuah agama, padahal yang harus dilawan adalah oknum radikalnya. Bahkan membenturkan sesame orang baik,”kata Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet dihadapan peserta seminar yang dihadiri oleh berbagai organisasi kepemudaan dan mahasiswa di Denpasar.
Panglingsir Puri Den Bencingah ini, juga mewanti-wati 4 konsensus dasar Negara ini yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika yang saat ini di rongrong dari berbagai penjuru. Berbagai kedok dilakukan, yang dominan dan mencolok melalui agama dan politik. Perpecahan sengaja diciptakan untuk mengadu domba kaum-kaum nasionalis-religius. Hal ini harus disikapi dingin dan tidak mudah terpancing.
Kehadiran Perppu no 2 tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Pemerintah dinilai langkah maju dan strategis dalam memberangus ormas-ormas Radikal yang menolak mentah-metah ideologi Pancasila yang telah lama menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Momentum menyambut hari Kemerdekaan Indonesia yang ke72 tahun diharapkan bisa memberikan refleksi untuk Indonesia agar tetap memperteguh persatuan dan kesatuan.
Koordinator Aliansi Pemuda Bali I Wayan Suartika menjelaskan Seminar Kebanggsaan yang mengusung tema “Memperingati Kemerdekaan, Memperkuat Kebhinekaan” tersebut sebagai respon pemuda Bali atas isu dan fenomena yang belakangan ini mencuat di berbagai daerah di Indonesia. Sentimen suku, agama, ras dan antargolongan saat ini dinilai memecah belah persatuan dan kesatuan. Termasuk di Bali, geliat dan fenomena tersebut sangat nampak. Sehingga pemuda, kata dia wajib menentukan arah pemikiran dan gagasan.
“Sebagai pemuda Bali kami tak hanya inggin tinggal diam saja menyikapinya. Momentum hari kemerdekaan ini menjadi awal untuk menggerakkan persatuan dan kesatuan pemuda lintas organisai maupun di kampus-kampus. Bahwa pemuda Bali itu telah bangkit,”kata dia.
Pada Seminar Kebanggsaan tersebut turut menggundang Anggota DPD RI Bali Arya Wedakarna dan Polda Bali. Untuk diketahui Aliansi Pemuda Bali terbentuk dari berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa diantaranya Peradah Bali, KMHDI Bali, FPMHD Unud, KMHD Stikom, KMHD STP Nusa Dua, BEM IHDN, dan KTPN Peguyangan Kaja.wid/dev
Komentar