Dhamantra Tegaskan Konsisten Berjuang Tolak Reklamasi Teluk Benoa
Rabu, 21 Juni 2017
00:00 WITA
Denpasar
4580 Pengunjung
suaradewata.com
Denpasar, suaradewata.com - Anggota DPR RI Dapil Bali, I Nyoman Dhamantra menjadi satu-satunya wakil rakyat Bali yang aktif menolak wacana Reklamasi Teluk Benoa. Aksi penolakannya bukan sekedar diucapkan dibibir, karena politisi PDI Perjuangan ini sering kali turun langsung berbaur dengan krama Bali seperjuangan Penolak Reklamasi Teluk Benoa. "Saya sangat konsisten menolak wacana Reklamasi Teluk Benoa. Ini bagian dari perjuangan saya sebagai putra Bali untuk menjaga kesucian, adat dan istiadat Pulau Bali," ujar I Nyoman Dhamantra belum lama ini.
Menurut Dhamantra, proyek Reklamasi Teluk Benoa akan mengusik akar ritual Hindu, khususnya tradisi pemujaan terhadap laut (Segara Kertih) dalam agama Hindu Bali, simpul-simpul air dianggap sakral sebab merupakan sumber kehidupan.
Alasan tersebut juga telah diperkuat oleh Keputusan lembaga pengayom umat Hindu tertinggi di Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) pusat No 11/Kep/I/PHDIP/1994 tentang kesucian Pura menyatakan campuhan (pertemuan sungai), pantai, dan laut diyakini memiliki kesucian. Atas dasar itu, pura dan tempat suci umumnya didirikan di kawasan tersebut. "Ada beberapa titik-titik suci di Kawasaki Teluk Benoa, yang jika direklamasi akan mengganggu akses masyarakat untuk melakukan ritual," terangnya.
Pemeluk agama Hindu, lanjut dia, diajarkan untuk mencintai alam, kekuatan para Dewata dimanifestasikan ke dalam fenomena alam. Laut adalah kekuatan Sang Hyang Varuna, sehingga menimbun lautan merupakan sesuatu yang terlarang di dalam ajaran Hindu.
Di dalam ritual Melasti (penyucian) dan juga Ngaben, lautan merupakan penopang spiritualitas masyarakat Hindu Bali.
"Ketika anggota keluarga, orangtua maupun kerabat yang kita cintai meninggal dan dikremasi, abu mereka ditebarkan di laut. Artinya, Laut adalah persemayaman para leluhur kami," tegas Dhamantra, sembari menambahkan, dengan menimbun, membangun, mengubah alam secara ekstrem merupakan perilaku yang serakah (Lobha) yang merupakan jalan keburukan (Adharma) yang akan mengakibatkan disharmonisasi hubungan manusia dengan dunianya.
Sebagaimana diketahui, perjuangan Nyoman Dhamantra menolak Reklamasi bahkan bukan sekedar turun di beberapa aksi massa penolak reklamasi. Beliau juga telah mengirim Surat Terbuka untuk Presiden Republik Indonesia, H. Ir. Joko Widodo, pada tahun 2016 lalu. Dalam Surat tersebut, Nyoman Dhamantra Menyampaikan kekhawatirannya terkait masa depan Bali, khususnya bagaimana polemik Reklamasi Teluk Benoa yang kini mendera di masyarakat Bali.
Komentar