Memperihatinkan, Banyak Saluran Irigasi di Bangli Rusak
Sabtu, 10 Juni 2017
00:00 WITA
Bangli
3739 Pengunjung
suaradewata.com
Bangli, suaradewata.com – Ditengah upaya kalangan DPRD Bangli merancang Ranperda inisiatif tentang perlindungan pertanian, nyatanya kondisi penunjang sarana prasara pertanian dilapangan masih banyak yang rusak. Sesuai Data di Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Bangli, hampir 62 persen lebih, sarana pertanian berupa saluran irigasi persawahan dalam kondisi rusak.
Kabid Sumber Daya Air Dinas PU Bangli, Agus Yudi Swetha Ambara, ST.MT saat dikonfirmasi, Jumat ( 9/6/2017) mengakui masih banyaknya saluran irigasi yang rusak. Disampaikan, mengacu revisi Kepmen PU No .390 /KPTS/M/ 2007 tentang penetapan status daerah irigasi yang pengelolaanya menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah Propinsi dan pemerintah Kabupaten /kota, maka untuk kabupaten Bangli memilki 46 daerah irigasi (DI). Secara rinci disebutkan, 46 DI itu, tersebar di empat kecamatan. Yakni di Kecamatan Kintamani terdapat sebanyak 3 DI. Kecamatan Susut sebanyak 23 DI. Kecamatan Tembuku 12 DI dan kecamatan Bangli 8 DI.
Total panjang keseluruhan saluran irigasi yang menjadi tanggung jawab pemkab Bangli mencapai 140,68 Km. Menurutnya, dari bentangan panjang saluran irigasi itu, 52.612 Km dalam kondisi baik. Sisanya sepanjang 88,068 Km dalam kondisi rusak. "Kerusakannya jaringan irigasi kita mencapai 62,61 persen”, ungkapnya. Untuk penanggulanganya, kata pejabat asal Gianyar ini, sejatinya pemerintah daerah tiap tahun telah menganggarkan dana renovasi atau perbaikan jaringan irigasi yang rusak. Tahun 2017, anggaran untuk perbaikan jaringan irigasi yang rusak diplot sebesar hampir Rp 8 miliar lebik, yang bersumber dari dana DAK sebesar Rp 6, 823 miliar dan dari APBD Bangli sebesar Rp 2,582 miliar. "Anggaran tahun ini, baru bisa mengkaver perbaikan jaringan irigasi yang rusak sepanjang 16,1 Km,” tegasnya.
Karena keterbatasan anggaran itu, upaya perbaikan secara keseluruhan terpaksa dilakukan secara bertahap. Diperkirakan, tahun 2021 seluruh jaringan irigasi yang rusak tersebut, sudah bisa tersentuh perbaikan. “Kerusakan jaringan irigasi tersebut, kebanyakan karena bocor, sehingga menyebabkan air banyak yang terbuang percuma,” tegasnya. Dimana, faktor penyebab bocornya jaringan irigasi itu, selain karena usia yang sudah tua, lebih dominan karena serangan hama kepiting. “Kepiting itu, bisa melobangi jaringan irigasi kita yang menggunakan space pasangan batu " ungkapnya. Oleh karena itu, d tahun 2017 ini, pembuatan jaringan irigasi akan menggunakan beton. "Dengan space beton, kita harap dapat menekan angka kebocoran akibat serangan kepiting" jelasnya, sembari menyebutkan proses kegiatan fisik tahun ini sudah masuk dalam tahap verifikasi di Unit Layanan Pengadaan ( ULP).ard/dev
Komentar