Miskin Dan Patah Tulang Punggung, Bapak Ini Pasrah Hidupi Keluarganya
Kamis, 20 April 2017
00:00 WITA
Tabanan
4329 Pengunjung
suaradewata.com
Tabanan, suaradewata.com - Apes dialami keluarga I Made Ermanto, 44 Banjar Soka Kanginan Desa Senganan, Kecamatan Penebel alami patah tulang punggung sejak satu tahun yang lalu. Mirisnya lagi pasca alami patah tulang punggung tidak bisa mencari nafkah bahkan untuk menghidupi keluarganya. Kini Ermanto hanya pasrah duduk di atas kursi roda.
Saat disambangi media suaradewata.com, Kamis, (20/04/2017), dirumahnya. Tampak Ermanto duduk diatas kursi roda dalam kondisi kedua kakinya alami kelumpuhan. Ermanto menuturkan dirinya alami hal tersebut sejak bulan maret tahun 2016. Dimana dirinya pada saat itu, berada dikebunnya untuk naik keatas pohon mencari durian. Namun pada ketinggian 5 meter tiba-tiba bagian pohon yang diinjak maupun dipegangnya alami patah. Sehingga dirinya terjatuh dan alami patah pada bagian tulang punggung.
"Sejak satu tahun lalu saya jatuh diatas pohon durian, pohon yang saya injak dan pegang patah dan saya langsung jatuh, setelah jatuh saya alami patah tulang punggung, sekarang kaki tidak bisa digerakkan terasa masih kaku dan lumpuh," ucap Ermanto.
Bapak dua ayah tersebut menerangkan, setelah dirinya alami musibah tersebut. Dirinya tidak bisa lagi mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Apalagi istrinya yakni Ni Made Sudiantini, 25 yang pekerjaannya hanya petani dan tidak berpenghasilan. Selain itu, dirinya juga harus membiayai kedua anaknya yakni I Gede Pande Adi Gangga Setiawan, 14 yang baru kelas 2 SMP dan I Made Pande Aldi Setiawiguna, 8 yang baru masuk kelas 2 SD. Tidak hanya itu, belum lagi orang tuanya yang sudah tua yakni I Wayan Metra, 81 dan Ni Wayan Sumarni, 81 juga tidak produktif untuk mencari nafkah. Dirinya mengaku untuk membayar biaya sekolah anaknyamendapatkan donatur dari tetangganya.
"Saya dulu yang mencari nafkah, setelah alami musibah ini, tidak bisa mencari nafkah lagi, sekarang berobat pun saya tidak bisa karena tidak punya uang, belum lagi menanggung biaya anak masuk, hanya mengandalkan bantuan dari tetangga, untuk membayar uang sekolah anak saya," terangnya.
Dia menambahkan, untuk istrinya Sudiantini juga mengalami sakit jantung dan sering pingsan. Tidak hanya itu, orang tuanya yakni Sumarni juga mengalami sakit di kaki alami bengkak dan kesemutan di telapak kaki. "Saya berharap dapat bantuan dari Pemerintah, kalau bisa buat kontrol dan terapi saya," ucapnya.
Kelian Dinas Banjar Soka Kanginan Desa Senganan, Kecamatan Penebel I Ketut Sudiarta saat dikonfirmasi membenarkan warganya dalam kondisi seperti itu keadaanya. Kata Dia warga tersebut sebenarnya adalah tergolong warga miskin setelah Ermanto mengalami musibah. Selain itu, Ermanto juga tidak mendapatkan raskin dan BPJS dari Pemerintah. Dan berharap dari Pemerintah untuk warganya agar mendapatkan bantuan.
"Ya benar warga saya tersebut adalah warga miskin, berharap dari Pemerintah kalau bisa dibantu raskin dan kedua anaknya untuk mendapatkan KIP, agar kedua anaknya bisa melanjutkan sekolah, karena bisa terancam putus sekolah seandainya dari pihak tetangga tidak memberikan bantuan lagi, bisa jadi putus sekolah," ucap Sudiarta.
Dia menerangkan, bahwa dalam mengusulkan warganya untuk mendapatkan bantuan. Dirinya juga terkendala dan mengaku bingung lantaran warganya dengan kondisi rumah yang sudah layak huni. Karena dalam pengajuan warga miskin dengan kategori rumah tersebut dinilai tidak miskin. Dan menurutnya hal tersebut tidak menjamin lantaran rumah tidak menjamin orang mampu dan tidak mampu.
"Apakah harus menungu rumah itu hancur baru dikategorikan miskin, sedangkan didalam rumahnya begini keadaan aslinya, dan karena terbentur kirteria seperti itu, jadi ragu untuk mengusulkan dan bingung berbuat apa kepada warga saya ini," terangnya.ang/aga
Komentar