Astaga, Lima Warga Dicaplok Anjing Postif Rabies
Senin, 20 Maret 2017
00:00 WITA
Bangli
3743 Pengunjung
suaradewata
Bangli, suaradewata.com - Setelah sempat mereda, kasus penyakit rabies kembali mengemuka dan membuat resah warga Kabupaten Bangli. Pasalnya, dalam sehari secara beruntun lima orang warga dari dua desa bertetangga yakni desa Selat dan Pengiangan, Susut, tergigit seekor anjing liar. Tragisnya, setelah dilakukan uji lab belakangan diketahui anjing tersebut positif terjangkit rabies. Akibatnya, warga pun kembali resah dihantui penyebaran virus mematikan ini. Terlebih, para korban kesulitan mendapatkan Serum Anti Rabies (SAR) dan harganya terbilang sangat tinggi.
Ditemui dirumahnya, Ni Putu Ayu Kartika Dewi, bocah berusia empat tahun yang menjadi salah satu korban gigitan anjing yang diduga positif rabies, mengalami luka robek pada bagian kaki kanannya. Anak sulung dari dua bersaudara pasangan dari I Wayan Wiasa (29) dengan Ni Wayan Ardiani (26), mengaku digigit anjing saat bermain ke rumah tetangganya. “Anak saya tergigit anjing liar warna putih saat bermain di rumah tetangga tiga hari lalu (jumat/17-03-2-17). Tiba-tiba anjing itu muncul dan langsung menggigit anak saya,” ungkap ibu korban, Ni Wayan Ardiani, Senin (20/03/2017).
Akibatnya, lanjut dia, korban mengalami luka robek. “Anak saya sampai mendapat lima jaritan,” keluhnya. Lebih parah lagi, belakangan diketahui sebelum menggigit korban, anjing tersebut ternyata telah menggigit empat warga lainnya. Empat korban lain yang juga menjadi korban gigitan anjing tersebut, yakni Sang Made Permana Yuda (29), Dewa Ayu Nirmala (4 tahun), Ni Nyoman Jamin (51) dan Ni Wayan Parsi (56). Rata-rata para korban mengalami gigitan pada bagian kakinya.
Curiga dengan prilaku anjing tersebut, warga setempat langsung memburu dan membunuhnya. Hasilnya, setelah dilakukan pemeriksaan oleh petugas terkait, diketahui anjing tersebut positif rabies. “Setelah kejadian itu, semua warga disini resah. Sebab dari pemeriksaan petugas, anjing tersebut positif rabies,” tegasnya. Untuk menghindari hal-hal tak diinginkan, para korban langsung berupaya mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) ke Puskesmas terdekat. Hanya saja, untuk mendapatkan Serum Anti Rabies (SAR), warga terpaksa membeli dengan harga mencapai belasan juta hingga puluhan juta ke rumah sakit swasta. “Saat diperiksakan ke Puskesmas, SAR di Bangli katanya kosong. Saya disarankan ke klinik SOS medika di Kuta. Tapi harganya sangat tinggi,” keluhnya.
Disebutkan, untuk mendapatkan suntikan SAR dirinya terpaksa ngutang ke tetangga. “SAR untuk anak saya, harganya Rp 7,5 juta. Saya terpaksa ngutang ke tetangga dan LPD untuk menebusnya,” sesalnya. Disampaikan, korban lain bahkan ada yang membeli SAR sampai Rp 23 juta lebih. Hal ini diakui Sang Made Permana Yuda. Kata dia, dirinya digigit anjing liar tersebut ketika berjalan menuju rumahnya. Akibatnya, pagelangan kaki kanannya luka gigitan. Dia mengaku sudah mendapat VAR dan SAR. Hanya saja, dikeluhkan, tingginya harga SAR tersebut. “Untuk mendapatkan SAR saya harus membayar seharga Rp 23 juta. Karena itu, saya harap pemerintah mampu menyedikan SAR di rumah sakit agar harganya bisa lebih terjangkau,” tegasnya.
Sementara itu, sesuai pantauan dilapangan pasca kasus gigitan anjing rabies tersebut, petugas dari Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli langsung melakukan vaksinasi dan eliminasi. “Eliminasi kita fokuskan untuk anjing yang sempat kontak dengan anjing liar terbut. Sementara untuk vaksinasi khusus dilakukan didaerah ini, karena hasil labnya menyatakan positif,” ungkap Kepala UPDT Keswas Susut, drh. Dewa Agung Ayu Okawati. Hasilnya, untuk sementara sebanyak 14 anjing yang telah berhasil dieliminasi petugas. “Vaksinasi dan eliminasi ini akan terus kita lakukan,” tegasnya.ard/aga
Komentar