PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Tamba: Bangun Bandara Saja Tak Cukup Bagi Buleleng

Selasa, 27 Desember 2016

00:00 WITA

Denpasar

3471 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Denpasarsuaradewata.com - Ketimpangan pembangunan antara kawasan utara dengan kawasan selatan, adalah salah satu persoalan serius yang dihadapi Bali saat ini. Kondisi ini dijawab pemerintah, salah satunya dengan merancang pembangunan bandara bertaraf internasional di Buleleng.

Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bali Nengah Tamba, mengakui hal ini di Denpasar, Senin (26/12). Menurut dia, selaku wakil rakyat, pihaknya sangat mengapresiasi rencana pembangunan bandara bertaraf internasional di Bali utara tersebut. Hanya saja, membangun bandara saja belum cukup bagi Buleleng.

"Bangun bandara saja tidak cukup untuk Buleleng. Karena itu, harus juga dibangun jalan tol dari Singaraja ke Denpasar," kata Tamba, yang ditemui sesaat sebelum berangkat ke Desa Candikuning, Bedugul, Tabanan, guna meninjau kerusakan pura serta lingkungan di daerah itu akibat longsor beberapa waktu lalu.

Dikatakan, kalau hanya bandara saja yang dibangun, maka dampak ekonomi yang diharapkan kemungkinan sulit terwujud. Di samping itu, wisatawan belum tentu mau memanfaatkan penerbangan melalui bandara di buleleng, karena waktu tempuh dari dan menuju Denpasar rata-rata 3 sampai 4 jam.

"Kalau bandara saja yang dibangun, kemudian tamunya turun di Singaraja, lalu untuk ke Denpasar membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam, siapa yang mau? Jadi, pembangunan bandara itu harus dibarengi dengan pembangunan jalan tol," tandas politisi asal Jembrana itu.

Ia pun mendorong, agar pembangunan di Buleleng dilakukan secara simultan. "Ada investor bandara, ada investor jalan tol, dan mungkin juga kita butuh powerplan. Jadi harus simultan. Lokomotifnya tetap bandara. Tetapi begitu bandara dimulai, yang lain juga akan mengikuti," kata Tamba.

Tentang kapan realisasi pembangunan bandara di Buleleng ini, ia menyebut, saat ini ada dua investor yang tengah melakukan studi kelayakan atau feasibility study (FS). Satu investor melakukan studi untuk pembangunan bandara di atas laut, dan satu investor lagi studinya di daratan. Nantinya dari hasil studi kelayakan, yang lebih layak yang dipilih.

"Saat ini masih studi kelayakan. Kalau layak ya, jalan. Kalau tidak ya, kita cari lokasi yang lain. Intinya, kalau sudah studi (kelayakan), disusul dengan DED. Setelah itu final, dilakukan pembebasan lahan untuk kemudian dibangun," pungkas Tamba.san/aga

Denpasarsuaradewata.com - Ketimpangan pembangunan antara kawasan utara dengan kawasan selatan, adalah salah satu persoalan serius yang dihadapi Bali saat ini. Kondisi ini dijawab pemerintah, salah satunya dengan merancang pembangunan bandara bertaraf internasional di Buleleng.

Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bali Nengah Tamba, mengakui hal ini di Denpasar, Senin (26/12). Menurut dia, selaku wakil rakyat, pihaknya sangat mengapresiasi rencana pembangunan bandara bertaraf internasional di Bali utara tersebut. Hanya saja, membangun bandara saja belum cukup bagi Buleleng.

"Bangun bandara saja tidak cukup untuk Buleleng. Karena itu, harus juga dibangun jalan tol dari Singaraja ke Denpasar," kata Tamba, yang ditemui sesaat sebelum berangkat ke Desa Candikuning, Bedugul, Tabanan, guna meninjau kerusakan pura serta lingkungan di daerah itu akibat longsor beberapa waktu lalu.

Dikatakan, kalau hanya bandara saja yang dibangun, maka dampak ekonomi yang diharapkan kemungkinan sulit terwujud. Di samping itu, wisatawan belum tentu mau memanfaatkan penerbangan melalui bandara di buleleng, karena waktu tempuh dari dan menuju Denpasar rata-rata 3 sampai 4 jam.

"Kalau bandara saja yang dibangun, kemudian tamunya turun di Singaraja, lalu untuk ke Denpasar membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam, siapa yang mau? Jadi, pembangunan bandara itu harus dibarengi dengan pembangunan jalan tol," tandas politisi asal Jembrana itu.

Ia pun mendorong, agar pembangunan di Buleleng dilakukan secara simultan. "Ada investor bandara, ada investor jalan tol, dan mungkin juga kita butuh powerplan. Jadi harus simultan. Lokomotifnya tetap bandara. Tetapi begitu bandara dimulai, yang lain juga akan mengikuti," kata Tamba.

Tentang kapan realisasi pembangunan bandara di Buleleng ini, ia menyebut, saat ini ada dua investor yang tengah melakukan studi kelayakan atau feasibility study (FS). Satu investor melakukan studi untuk pembangunan bandara di atas laut, dan satu investor lagi studinya di daratan. Nantinya dari hasil studi kelayakan, yang lebih layak yang dipilih.

"Saat ini masih studi kelayakan. Kalau layak ya, jalan. Kalau tidak ya, kita cari lokasi yang lain. Intinya, kalau sudah studi (kelayakan), disusul dengan DED. Setelah itu final, dilakukan pembebasan lahan untuk kemudian dibangun," pungkas Tamba.san/aga


Komentar

Berita Terbaru

\