Buka BDF ke-9, Presiden Jokowi Dorong Sinergitas Toleransi Antar Umat Beragama
Kamis, 08 Desember 2016
00:00 WITA
Badung
3761 Pengunjung
suaradewata.com
Nusa Dua, suaradewata.com - Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia secara aktif mendorong sinergi antara demokrasi, agama, dan toleransi. Indonesia adalah negara berpenduduk Islam terbesar di dunia dan Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai. Sehingga nilai mengenai perdamaian sampai saat ini terus dipegang oleh umat Islam Indonesia dan juga oleh semua umat di Indonesia.
“Selain Islam, Indonesia adalah rumah bagi umat Kristiani, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu," ujar Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat membuka pertemuan Bali Democracy Forum (BDF) ke-9 yang digelar di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (8/12).
Lebih jauh Jokowi menyampaikan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini ia menangkap adanya kegamangan dan kekhawatiran dari negara-negara di dunia dalam setiap pertemuan bertaraf internasional. Menurutnya hal ini tidak lepas dari banyaknya konflik yang terjadi di sejumlah negara.
"Termasuk perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina yang masih belum mendapat hasil yang diharapkan, serta munculnya paham radikalisme dan ekstremisme di berbagai pelosok dunia, menurunnya rasa toleran dan kemauan untuk menerima perbedaan di banyak masyarakat dunia, bertumbuhnya aksi xenofobia," ujar Jokowi yang didampingi Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Tantangan dari dalam negeri pun menurutnya muncul baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial di hampir semua negara.
"Dalam keadaan situasi inilah kita membutuhkan rasa optimisme, optimisme yang dapat dihasilkan dari kita saling berbicara, optimisme yang dapat berkembang dari kita bertukar pikiran dan pengalaman, optimisme yang saya harapkan dapat tumbuh dari hadirnya kita semua di Forum Demokrasi Bali ini," katanya. Ia pun menilai tema yang disusung BDF tahun ini yaitu "Agama, Demokrasi, dan Toleransi", sangat relevan dengan situasi dunia saat ini.
Sebelumnya mantan Sekjen PBB Periode 1977-2006, Kofi Annan, dalam Keynote Speakernya sangat mengapresiasi keberhasilan Indonesia terutama Bali sebagai tuan rumah perhelatan internasional hingga ke sembilan kalinya. Indonesia menurutnya telah mampu menjaga pluralisme dengan baik. Sebagai bangsa yang besar, ia menambahkan, melalui semboyan Bhineka Tunggal Ika atau persatuan dalam keragaman, Indonesia mampu menjaga kerukunan di tengah 3.000 etnik dan 7.000 bahasa daerah yang berbeda.
“Setidaknya dunia yang diwakili para delegasi harus berkaca dari sini,” imbuh Pria yang juga merupakan Presiden Kofi Annan Foundation ini.
Dia menegaskan untuk mencapai kesejahteraan manusia di dunia perlu adanya keselarasan antara agama, demokrasi dan toleransi.
“Agama diperlukan umat manusia sebagai pijakan umat manusia, namun tidak dipungkiri agama sering dijadikan alat sekelompok orang untuk menghakimi bahkan membunuh orang lain,” imbuhnya. Untuk itu diperlukan pemahaman plurlisme yang kuat agar setiap penganut agama berbeda bisa memahami pentiingnya arti perbedaan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan laporan dan sambutannya pada pembukaan Bali Democracy Forum ke-9. Menlu Retno menegaskan bahwa BDF terus menerus menjadi forum berdiskusi dan berbagai pengalaman bagi pemajuan demokrasi di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lainnya.
“Melalui forum ini, kita dapat belajar mengenai demokrasi tanpa menggurui, melainkan dengan berbagi pengalaman” demikian Menlu Retno menyampaikan.
Menlu Retno juga menekankan bahwa Indonesia menjadi saksi bagaimana Islam, demokrasi dan pluralism dapat berjalan secara harmonis. Meskipun begitu masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkannya.
“Bali Democracy Forum menjadi satu wadah penting untuk menjaga dan meningkatkan keharmonisan tersebut” tegas Menlu Retno.
Bali Democracy Forum ke-9 dihadiri oleh 95 negara dan 6 Organisasi Internasional. BDF ke-9 juga diikuti oleh tokoh-tokoh penting juga hadir termasuk Kofi Annan, mantan Sekjen PBB periode 1997 – 2006, Ouided Bouchamaoui Pemenang Nobel 2015, dan Surin Pitsuwan mantan Sekjen ASEAN periode 2008 – 2012.
Penyelenggaraan BDF ini juga merupakan kontribusi nyata Indonesia dalam peringati hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional yang jatuh pada tanggal 10 Desember setiap tahunnya. ids/ari
Komentar