PHDI Ingatkan Pembuatan Banten Tanpa Minuman Kaleng dan Buah Import
Kamis, 21 April 2016
00:00 WITA
Buleleng
4549 Pengunjung
suaradewata.com
Bangli, suaradewata.com - Puluhan serati banten atau tukang banten di Kabupaten Bangli berkumpul saat interaktif DPRD Bangli bekerjasama dengan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Bangli, Kamis (21/04/2016). Acara yang digelar di Wantilan Desa Wisata Pengelipuran tersebut, dipimpin Wakil Ketua DPRD Bangli, I Nyoman Basma. Pada kesempatan tersebut, serati banten sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan yadnya, diingatkan kembali tata cara dan etika dalam membuat banten. Selain itu, dalam pembuatan banten diharapkan lebih banyak menggunakan sarana buah lokal yang ada dilingkungan sekitar.
Hadir dalam interaktif tersebut, Ketua PHDI Bangli, I Nyoman Sukra, perwakilan dari majelis madya Bangli, anggota DPRD Bangli seperti I Nengah Darsana, I Wayan Jamin, Wayan Wedana dan sejumlah anggota DPRD lainnya serta instansi terkait lainnya. Interaktif mengusung tema “Serati Sebagai Bagian Dari Tri Manggalaning Karya Berperan Strategis dalam Kelancaran Kesusksesan Pelaksanaan Nyadnya”. Saat itu, Ketua PHDI Bangli Nyoman Sukra, kembali mengingatkan tentang etika dan tata cara dalam pembuatan banten yang mesti dilakukan oleh para serati banten. Dijelaskan, banten yang nantinya akan dihaturkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa dalam pembuatannya harus dijaga kesuciannya dengan disertai niat dan hati yang tulus. “Jangan sampai dalam membuat banten, serati banten sambil jongkok. Atau yang lebih parah lagi dengan tidak menggunakan BH,” ungkap Nyoman Sukra disambut gelak tawa peserta interaktif.
Lebih lanjut, PHDI juga mengingatkan seiring derasnya gempuran era globalisasi, belakangan ini ada kecendrungan umat lebih banyak menggunakan buah import dan bahkan ada juga yang menggunakan minuman kaleng sebagai sarana banten. Padahal hal tersebut, sama sekali tidak ada termuat dalam sumber sastra manapun. “Buah import dan minuman kaleng sebaiknya tidak digunakan sebagai sarana banten. Sesuai sastra, sebaiknya gunakanlah buah lokal yang ada dilingkungan kita masing-masing. Karena dari situ, lokal religius tumbuh di Bali” ungkap Nyoman Sukra. Sebab, menurutnya, apapun tingkatan banten yang dibuat adalah utama.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Bangli, I Nyoman Basma menyampaikan interaktif melibatkan para tukang banten untuk meningkatkan skil dan kemampuan para serati banten agar sesuai sumber satra. “Interaktif kali ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para serati banten di Bangli agar tidak sembarangan dalam membuat banten yang notabene untuk dipersembahkan kehadapan Sang Hyang Widi Wasa. Kesucian dari banten itu, harus diutamakan,” jelasnya.
Sesuai aspirasi tukang banten yang berharap membentuk paguyuban, pihaknya mengaku sangat menyambut baik gagasan tersebut. “Kita harapkan kedepan, para serati bisa bertambah dan bisa ngayah dimasing-masing desa sehingga memudahkan umat dalam melaksanakan yadnya,” jelasnya. Tindak lanjut dari itu, kedepan para serati banten ini, juga akan diberikan bantuan berupa buku panduan tata cara dan etika dalam pembuatan banten sesuai sastra yang ada. Terkait, pelatihan yang diharapkan dilakukan secara rutin hingga ke desa, Basma menyampaikan, hal tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan anggaran ADD yang telah disalurkan ke desa. “Pelatihan serati banten di desa, bisa disampaikan langsung kepada Kepala Desa. Saya sangat mendukung itu dan anggarannya bisa menggunakan ADD,” pungkasnya.ard
Komentar