Ngingsah Baas, Jelang Karya di Pura Penataran Agung Bangli
Minggu, 24 Mei 2015
00:00 WITA
Bangli
5605 Pengunjung
Bangli, suaradewata.com- Berbagai ritual yang unik nan sakral dapat ditemui di pulau dewata. Salah satunya, ritual ngingsah baas atau pensucian beras yang dilaksanakan menjelang karya besar, yakni Karya Memungkah, Labuh Gentuh, Ngenteg Linggih Lan Mupuk Pedagingan yang dilaksanakan di Pura Penataran Agung Bangli. Sesuai namanya, ritual ini selain bertujuan untuk pensucian sarana upacara khususnya beras, juga secara simbolis bermakna untuk pensucian umat secara lahir bathin, agar dalam melaksanakan karya tersebut bisa berjalan khusuk dan hikmat. Dalam hal ini, umat pantang berkata, berpikir dan berbuat kotor yang akan menodai kesucian dan kesakralan jalannya karya yang dilaksanakan setiap tiga puluh tahun ini.
Menurut manggala Karya, Anak Agung Gede Raka didampingi Manggala Adat Puri Agung Bangli, Anak Agung Alit Ardenatha dan Panglima Adat Puri Agung Bangli, Anak Agung Gede Ngurah, Minggu (24/05/2015), pelaksanaan ngingsah baas ini dilakukan sehari setelah ritual negtegang karya, Sabtu (23/05/2015). “Ngingsah baas dilakukan setelah upacara negtegang. Yang bertujuan, untuk pensucian sarana upacara sekaligus pensucian umat itu sendiri,” tegasnya.
Lebih lanjut, beras yang dibersihkan terdiri dari lima warna yang melambangkan perwujudan para dewa dari lima penjuru mata angin. Diiringi tembang atau kidung bahasa sansekerta, pensucian beras ini dilakukan dengan menggunakan air suci dan dipimpin seorang sulinggih. Sedikitnya pembersihan satu jenis beras dilakukan sebanyak sebelas kali. “Beras yang telah dibersihkan tersebut nantinya akan dihaturkan kehadapan Ida Hyang Widi Wase,” jelasnya.
Selain itu, prosesi tersebut juga bermakna secara simbolis untuk pembersihan umat secara lahir bathin menjelang karya. “Secara simbolis ritual ngingsah baas juga dimaksudkan untuk umat yang akan melaksanakan upacara, pantang berkata, berpikir dan perbuat yang tidak pada tempatnya selama prosesi karya berlangsung,” tegasnya. Tujuannya, agar pelaksanaan karya tersebut berjalan khusus dan hikmat. Yang menarik lagi, saat ngingsah beras tersebut, airnya bisa ditunas untuk dipergunakan sebagai sarana nyiram di sawah dan tegalan agar tanaman menjadi subur. “Air ingsahan beras itu, bisa ditunas tidak hanya untuk warga puri. Tapi juga untuk masyaralkat umum dan diyakini berkhasiat untuk kesuburan tanah dan tanaman,” tegasnya.
Sementara itu, puncak karya mamungkah labuh gentuh, ngenteg linggih lan mupuk pedagingan dipura ini, rencananya akan berlangsung tanggal 10 Juni. Secara umum tujuannya, selain sebagai ungkapan puji syukur juga untuk memohon kemakmuran serta keselamatan seluruh alam semesta beserta isinya. ard
Komentar