Dimarahi Ortu, Siswa SMP Gantung Diri
Jumat, 17 April 2015
00:00 WITA
Bangli
6618 Pengunjung
Bangli, Suaradewata.com – Perbuatan pelajar asal Bangli ini, tidak pantas untuk ditiru. Hanya karena dimarahi ibunya, korban justru nekat mengakhiri hidupnya. Korban ulah pati ini, bernama Agus Adi Cahayadiputra,13, seorang siswa SMP warga banjar Lebah, desa Susut, Bangli. Korban ditemukan tewas tergantung didalam kamarnya, Kamis (16/04/2015) sore.
Sesuai informasi yang dihimpun di TKP, menyebutkan, Agus yang masih duduk di kelas 1 SMPN 1 Susut itu dimarahi ibunya karena tidak masuk sekolah. Setelah mamarahi anaknya, Ni Wayan Artini,34, ibu Agus pergi ngayah di Pura Dalem karena ada upacara agama yang tidak jauh dari rumahnya. Sementara itu ayahnya sedang bekerja sehingga Agus hanya berdua dirumah bersama adiknya Caca Dwi Cahyani,2,5 tahun.
Selanjutnya, korban diketahui tewas sekitar pukul 14.00, saat Cahyani masuk kamar Agus. Balita itu kaget lantaran melihat kakaknya tergantung dengan leher terjerat selendang gringsing warna ungu yang disambung dengan warna kuning yang diikatkan di kayu lambang. Melihat kakaknya tergantung, Cahyani mencari ibunya ke Pura. Artini yang kaget mendengar cerita putrinya itu, langsung berlari menuju rumahnya. Ketika masuk, dan melihat putranya tergantung, Artini berteriak minta tolong. Tetangga yang mendengar teriakanya lalu berhamburan ke rumah Artni. Lalu oleh Wayan Wardana,40 bersama warga, Agus yang sudah
meninggal diturunkan.
Kasat Reskrim Polres Bangli, AKP Yana Jaya Widya seijin Kapolres Bangli saat dikonfirmasi, Jumat (17/04/2015) membenarkan kasus tersebut. Disebutkan, korban sempat dilarikan ke RSUD Bangli, namun nyawanya sudah tidak bisa tertolong lagi. “Dari hasil olah TKP tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban dan saat tiba di RSUD Bangli korban memang sudah meninggal,” ujarnya. Lebih lanjut, dari pemeriksaan medis Agus meninggal karena gantung diri dengan ciri-ciri keluar kotoran dari anus, keluar air mani yang bercampur kencing dan tanda bekas jeratan di lehernya. ard
Komentar