PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Kemunculan Siamang, Pertanda 2 Tokoh Besar Berperang Benarkah..!!!

Jumat, 17 September 2021

19:00 WITA

Badung

4609 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Penekun Spiritual Agung Raka di Puri Kaleran Mengwi Banjar Pande Desa Mengwi Kecamatan Mengwi

Badung, suaradewata.com - Kemunculan Owa Siamang satwa yang dilindungi di Gumi Keris Badung menjadi pertanda adanya kejadian besar di Pulau Dewata. Hal itu di tegaskan oleh penekun spritual, bahwa akan terjadi perang tanding dua tokoh besar di Bali. Karena sesungguhnya, Satwa berjenis Owa Siamang ini hanya bisa hidup di daerah Sumatera. "Ini pertanda dua tokoh besar di Bali akan perang tanding, seperti kisah pewayangan antara Subali dan Sugriwa," tegas Agung Raka di Puri Kaleran Mengwi Banjar Pande Desa Mengwi Kecamatan Mengwi, Jumat, (17/09/2021).

Agung Raka mengatakan, jika bercerita sosial budaya tokoh pewayangan, Siamang ini ibaratkan seperti kera sakti antara Subali dan Sugriwa. Kata dia, Subali dan Sugriwa ini adalah kakak beradik yang berperang, padahal mereka dari rumpun yang sama. Dimana Subali ini karakter yang tidak disenangi oleh Sang Rama namun menyenangi karakter dari Sugriwa. 

Karena Subali dan Sugriwa berperang, membuat Sang Rama marah dan melepas satu busur panah. Namun pada saat melepas busur panah, Sang Rama pun tidak bisa membedakan mana Subali dan Sugriwa, sehingga panah mengenai Sugriwa. Sang Rama pun kaget setelah mengetahui Sugriwa terkena panah dirinya. 

"Sang Rama tidak bisa membedakan karena mereka dari rumpun yang sama simbul yang sama. Ditembakanlah busur kenalah Sugriwa, padahal Sugriwa ini adalah tangan kanannya kepercayaan sang Rama. Kaget lah Sugriwa, kenapa kok saya yang dipanah apa salah saya, kan saya sudah berbakti kepada paduka. Akhirnya kagetlah sang Rama ternyata anak buahnya yang kena," kata Agung Raka mengandaikan cerita pewayangan.

Setelah Sugriwa terkena busur panah dari sang Rama, Sugriwa pun langsung disembuhkan oleh sang Rama dan akhirnya sembuh. Selanjutnya Sang Rama mencari waktu untuk melepaskan busur panahnya membidik Subali, akhirnya Subali terkena busur panah dari Sang Rama. Sebelum hidupnya berakhir, Subali meminta agar wenara petak dipelihara dengan baik. Jika tidak, Subali akan mengancam mengobrak-abrik kerajaan. 

"Karena sebelum dipanah kedua kera sakti ini diisi tanda untuk membedakan mana sejatinya kera yang betul betul sakti dan mana kera yang artinya musang berbulu domba. Nah yang berbulu domba ini diisi tanda inilah dipanah dibusur kenalah Subali. Subali sebelum menuju ke Suargaloka berkata dia rela untuk meninggalkan dunia ini. Tapi dia menitipkan pesan, tolong semua wenara petak yang ada disini agar dipelihara. Nah artinya wenara petaknya ini siapa?, wenara petak ini adalah rakyat. Tolong diperhatikan kalau tidak saya akan menjadi murka dan saya akan obrak abrik negeri ini," ujarnya. 

Dari sisi lain, Agung Raka juga bercerita, jika dilihat dari cerita Diah Tantri di pewayangan, beda lagi. Kata ia, ini cerita antara lutung (kera) dan buaya, dimana buaya ini nampak ganas tetapi berhasil diperdaya oleh lutung.

"Lutung ini siapa?, lutung ini kan dari kelompok siamang, berarti orang orang yang sempat memperoleh dan memegang si Amang ini orang yang berkarakter cerdas. Jadi Lutung itu mampu membedakan mana kawan mana lawan. Lawan pun dirangkul menjadi kawan, nah inilah kehebatan dari pada cerita itu," tutur salah satu tokoh asal Mengwi ini.

Agung Raka menjelaskan, bahwa Subali ini adalah kakak tertua dari Sugriwa, dan diatas Subali ada kakak tertuanya perempuan bernama Dewi Madri. Sehingga mereka adalah tiga bersaudara, namun dalam cerita pewayangan, Dewi Madri ini tidak begitu nampak. 

"Yang nampak dalam kisah pewayangan ini adalah si Subali dan Sugriwa kakak beradik yang berperang," jelas pria yang menggemari dunia pewayangan ini.

Dari cerita tokoh pewayangan tersebut, Agung Raka pun memiliki pandangan, bahwa munculnya Owa Siamang di Gumi Keris ini merupakan pertanda terjadinya perang tanding antara 2 tokoh besar di Bali. Lebih ditelisik kembali, Subali dan Sugriwa ini merupakan dari rumpun dan warna yang sama.

"Kalau saya melihat akan ada perang tanding antara Subali dan Sugriwa. Sekarang sudah dalam keadaan perang antar tokoh pemimpin di Bali, artinya sudah menabuh genderang perang. Jadi yang Junior ini ada dipihak sang Rama, dia dibela oleh Rama. Siapa yang menjadi Rama ini?, kita kembalikan biar untuk menjadi teka teki sebagai sang pembidik ini," pungkasnya. 

baca : https://www.suaradewata.com/read/202109150020/rawat-satwa-dilindungi-giri-prasta-minta-maaf-dan-serahkan-siamang-ke-bksda-bali.html

Sebelumnya, sempat viral memelihara hewan yang dilindungi yakni Owa Siamang (Symphalangus syndactylus) Bupati Badung Nyoman Giri Prasta meminta maaf lanjut menyerahkan Satwa berjenis kelamin betina, umur 2 bulan di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali. ang/red


Komentar

Berita Terbaru

\