Harga Anjlok, Petani Kol Di Kintamani Menjerit
Minggu, 29 Maret 2015
00:00 WITA
Bangli
6343 Pengunjung
Bangli, Suaradewata.com –Para petani di wilayah Kintamani Bangli, mengeluhkan jebloknya harga sayur mayor terutama kol. Disisi lain, petani semakin menjerit karena harus menanggung kerugian akibat naiknya berbagai biaya produksi pertanian. Kondisi ini, diperparah dampak cuaca buruk yang menyebabkan produksi kol menjadi jeblok sejak beberapa bulan terakhir.
I Nyoman Kari salah seoarang petani di dusun Binyan, Desa Buahan, Kintamani menuturkan, saat ini harga jual kol di tingkat petani hanya Rp 1000/kg. Padahal, menjelang hari raya Nyepi, harga kol sempat melonjak hingga Rp 2500 per kilogram. Tak tanggung-tanggung, penurunan harga mencapai 1500 rupiah per kilogram. Jebloknya harga kol dikatakan sebagai dampak kelebihan produksi, akibat masa panen yang bersamaan. ‘’Anjloknya harga kol selain karena masa panen yang bersamaan, juga akibat banyak terjadi pembusukan karena cuaca buruk,” ungkap Nyoman Kari. Bahkan, karena cuaca buruk produksi kol turun hingga 40 persen.
Ironisnya, ditengah terpuruknya harga kol tersebut. Sebaliknya, harga biaya obat-obatan justru semakin naik. Hal yang sama, juga disampaikan petani lainnya, Putu Muliarsana. Disebutkan, saat ini obat-obatan seperti pembasmi hama ulat yang sebelumnya dibeli Rp 145 ribu kini meningkat Rp 160 ribu. “Rata-rata karena kondisi ini, para petani ditempat kami merugi,” jelasnya. Karena itu, para petani setempat kini hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah turut memberikan perhatian terhadap nasib mereka. Mengingat wilayah Kintamani, merupakan salah satu central terbesar produski sayur mayor di Bangli. ard
Komentar