PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Membendung Propaganda Radikalisme

Senin, 23 Februari 2015

00:00 WITA

Nasional

4009 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Opini, suaradewata.com- Radikalisme agama belakangan ini menjadi gejala umum di dunia Islam, termasuk Indonesia. Reaksi keras yang hampir serentak di dunia Islam terhadap kasus karikatur Nabi Muhammad hanya riak kecil dari serangkaian gelombang radikalisme yang lebih besar. Gejala radikalisme di dunia Islam bukan fenomena yang datang tiba-tiba, namun lahir dalam situasi politik, ekonomi, dan sosial budaya yang oleh pendukung gerakan Islam radikal dianggap sangat memojokkan umat Islam.

Mereka merasa aspirasi mereka tidak terakomodasi dengan baik karena sistem politik yang dikembangkan adalah sistem kafir yang dengan sendirinya lebih memihak kalangan nasionalis sekuler ketimbang umat Islam itu sendiri. Ikatan-ikatan sosial yang sebelumnya cukup kuat menyatukan kelompok-kelompok muslim kemudian tercerai-berai akibat jebolnya pertahanan budaya yang dimiliki umat Islam.

Kekerasan Atas Nama Agama

Kekerasan atas nama agama ini tidak serta merta ada, melainkan terjadi melalui proses. Tafsir sebagai negara pendukung terorisme melahirkan multi interpretasi di balik tabir serangan tersebut. Tafsir yang cukup masif di dunia Islam atas rangkaian peristiwa tersebut adalah makna sentimen agama. Sebenarnya sejarah kekerasan atas nama agama sudah lama menjadi bagian dari kehidupan keagamaan manusia. Kekerasan atas nama agama tidak hanya dilakukan dalam dunia Islam, namun hampir dilakukan dan terjadi di semua agama (seperti di India, Srilanka, Afrika Selatan, Afrika Utara Ethiopia dan Somalia, Spanyol, Amerika Latin dan Irlandia).

 Propaganda ISIS

ISIS masih terus berupaya memerluas pengaruhnya. Bahkan masyarakat Indonesia juga mendapat pengaruh dari ISIS. Berbagai kelompok merespon ISIS di Indonesia, baik pro maupun kontra. Dikhawatirkan masyarakat Indonesia menjadi sasaran propaganda ISIS dengan ikut mendukung gerakan ini, meskipun sebenarnya buta terhadap ISIS. Propaganda ISIS menarik simpati dari masyarakat Indonesia sedikit banyak mulai terlihat, seperti aksi menyayangkan sikap pemerintah yang melarang ideologi dan aktivitas ISIS di Indonesia, meskipun tidak setuju dengan tindak kekerasan yang digunakannya. Dukungan lainnya juga adanya sejumlah bendera dan poster ISIS yang ditemukan di sepanjang jalan di beberapa wilayah Indonesia. Untuk itu, masyarakat Indonesia harus waspada terhadap propaganda ISIS karena rekrutmen tidak hanya ditujukan untuk kalangan dewasa, bahkan remaja dini juga ikut menjadi sasaran. Meskipun belum tidak terjadi di Indoensia, fakta bahwa diluar negeri telah menangkap  beberapa warga negaranya yang berusia remaja yang menjadi anggota ISIS.

Menyikapi Informasi Media

Menanggapi berbagai pemberitaan terkait ISIS di media, baik pro maupun kontra. Bangsa Indonesia harus mampu mengambil sikap yang bijak, jangan sampai justru mendiskreditkan agama Islam yang diidentikan dengan ISIS. Masyarakat Indonesia tidak boleh terpukau dengan ajakan jihad video tersebut. Masyarakat harus menilai bahwa yang dilakukan ISIS di Irak dan Suriah, adalah tindakan kekerasan tanpa perikemanusiaan. Masyarakat harus menyadari bahwa tidak ada satu agama pun termasuk Islam yang mengajarkan kekerasan. Oleh karena itu,  masyarakat Indonesia yang non Islam tidak boleh menyamakan antara ISIS dengan Islam. Segenap komponen bangsa, dari masyarakat hingga para penyelenggara harus waspada bahwa Indonesia adalah bangunan pluralisme dan multikultur yang harus tetap dijaga dengan semangat persatuan dan perdamaian sebagaimana roh Pancasila.

Menyikapi Potensi Ancaman

Menyikapi adanya potensi ancaman yang lebih besar karena kehadiran ISIS, pemerintah juga telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan memblokir video ISIS di YouTube. Selain itu, Pemerintah Indonesia menyatakan ISIS sebagai paham terlarang dan bertentangan dengan Pancasila. Hal itu diperkuat dengan himbauan kepada seluruh kepala daerah untuk mengantisipasi penyebaran paham yang memberi pengaruh negatif terhadap jatidiri bangsa yang ber-Pancasila serta memberikan instruksi kepada seluruh kepolisian daerah untuk mencegah penyebaran ISIS, bahkan membubarkan ISIS di Indonesia. Meskipun begitu upaya pemerintah tersebut dinilai sebagian kalangan berlebihan. Ada yang menilai bahwa isu ISIS merupakan pengalihan isu dalam negeri, sebagai upaya memasukkan misi asing yang akan menjadikan ISIS sebagai musuh bersama. Ini adalah sebuah kesalahan, menganggap enteng kehadiran ISIS. Oleh sebab itu, hendaknya bangsa Indonesia sebagai umat yang beragama memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih sebagai wujud komitmen terhadap agama dan keberagamaan dengan arif dan bijaksana serta senantiasa memahami keadaan sekitar bahwasannya setiap jiwa memiliki perbedaan, maka yang seyogyanya dilakukan adalah bagaimana tetap memelihara perbedaan sebagai pijakan menciptakan dan mempertahankan kebersamaan.

“Setinggi apapun ilmu agamamu, kau akan tetap sulit melangkah jika hatimu penuh dengan kerapuhan”…Dalam cinta, ketika ada yang berbeda, jangan mencari siapa yang salah, karena kamu dan dia adalah tim yang sama dengan tujuan yang sama”.

Herni Susanti, Penulis, adalah Pemerhati Masalah Bangsa

 


Komentar

Berita Terbaru

\