PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Tolak Radikalisme dengan Nasionalisme

Minggu, 22 Februari 2015

00:00 WITA

Nasional

4822 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Opini, suaradewata.com- Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dengan keberagaman, baik budaya, suku, ras, dan agama, yang pada dasarnya memiliki falsafah pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Indonesia di dalamnya dengan ratusan suku bangsa, ribuan kelompok social, dan juga jutaan karakter individu yang berbeda.

Bangsa kita merupakan bangsa yang plural bangsa yang heterogen, di dalamnya manusia manusia yang seharusnya memiliki pemahaman pluralisme yang mumpuni, sehingga dapat berjalan dan hidup berdampingan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara, begitu juga dalam kehidupan saat ini, sesuai dengan hubungan global artinya semua elemen baik dari bangsa sendiri ataupun bangsa lain dapat hidup berdampingan di negeri pertiwi ini. Di bawah payung pancasila dan undang undang dasar pemahaman plural menjadi satu paham yang selaras dengan kehidupan bangsa Indonesia sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ikanya. Bangsa yang hidup penuh toleransi dan menerima perbedaan baik cara hidup ataupun cara berkeyakinan adalah salah satu cermin dari kehidupan pancasila itu sendiri.

Dewasa ini sudah menjadi problem global tentang adanaya pemahaman radikal yang masuk ke segala wilayah termasuk bangsa kita ini, paham paham tersebut mengekspansi melalui aksi langsung ataupun media. Radikalisme tersebut sudah mulai berkembang di seluruh negara negara internasional saat ini dan bahkan jumlahnyapun tidak sedikit. Lalu, bagaimana dengan bangsa kita, apakah pemahaman radikal ataupun radikalisme tersebut dapat hidup dan berkembang di negeri pancasila di negeri yang prularini. Tentunya permasalahan ini menjadi salah satu problem yang urgan yang senantiasa kita waspasdai dan antisipasi. Sebagai permasalahan global saat ini, bangsa Idonesia kembali lagi dipanaskan dengan kedatangan faham klompok baru yang masuk ke beberapa daerah di bumi pertiwi ini, sebuah paham yang mengatasnamakan klompok yang lahir dari rahim agama islam yang menjadi keyakinan mayoritas bangsa indonesia. Awalnya aksi ISIS hanya dapat disaksikan di layarkaca karena terjadi di wilayah negara Irak dan Suriah. Namun semenjak foto seseorang demonstran mengibarkan bendera SIS di acara kepedulian untuk Palestina beredar luas di jejaring internet, selanjutnya perkembangan dan gerakan propaganda ISIS sangat marak sekali terlihat dan terekspos di berbagai media melalui beberapa wacana terhadap gerakan ISIS yang sudah membahana, wacana ini terus menyita perhatian masyarakat islam dunia sebagai  agama yang diatasnamakan oleh ISIS.

ISIS merupakan permasalahan yang hingga saat ini terus berkembang, bahkan propaganda paham ini sudah menjalar di segala akses, belum lagi ditambah gerakan radikal radikal lainnya tentunya bukan dari pemahaman keagamaan saja, dari paham kebangsaaan, paham kebudayaan, dan yang lainnya yang juga berpotensi di negeri kita ini.

Permasalahan ini kan menjadi larut dan semakin menguak jika terus berjalan dan tanpa ada antisipasi atau upaya penolakan terhadap paham paham radikaltersebut. Indonesia baik lembaga hokum sampai lemabaga social masyarakat secara umum sudah melakukan filterasi dan antisipasi, seperti pihak kepolisian, TNI, MUI, dan juga Ormas Ormas untuk menanggulangi propaganda ISIS tersebut. Namun, hal terpenting untuk menolak dan menghindari masuknya paham ini sebagai permasalah yang global dan bersifat penyerangan pisikis, tentunya kita sebagai warga negara harus mengantisipasi dan memfilter dengan peningkatan dan penguatan Jiwa nasionalais dan pengukuhan pemahaman pluralism dalam diri masinjg-msing, sehingga mampu melahirkan pemahaman plural yang global. Dengan demikian segala lini dalam bilik bangsa sudah terprotek dan terjaga, ketika propaganda dan paham baru datang kita tidak serta merta menerima pemahaman tersebut, sehingga pemerintah, dan juga masayarakat berperan aktif bekerjasama dalam menolak masuknya radikalisme di negeri ini.

Radikalisme bukanlah paham yang dianut oleh negeri kita tercinta ini, radikalisme merupakan suatu paham yang justru bertolak belakang dengan pancasila dan undang undang kita, radikalisme adalah suatu paham yang tentunya harus kita tolak masuk dalam pemikiran dan kehidupan kita. Artinya, pemahaman radikalisme atau gerakan radikal merupakan gerakan yang akan memudarkan ketahanan bangsa ini, sebab paham ini akan merusak jiwa nasionalisme bangsa Indonesia. Oleh karena itu sebagai insane yang prular, ingsan yang hidup bersama dalam perbedaan, sebagai bangsa yang berbhineka tunggal ika, harus sama sama membentengi, memfilter adanya gerakan gerakan radikal dan menolak radikalis memeracuni keharmonisan berbangsa dan bernegara di bumi Indonesia ini, sesuai dengan amanah pancasila, yang menerima perbedaan denga toleran dan tenggang rasa.

Wizon Paidi, penulis adalah Ketua AMDIN Wilayah Sumatra


Komentar

Berita Terbaru

\