PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Tanaman Kakao Kian Terpuruk, Petani Beralih Ke Jeruk

Kamis, 11 Februari 2016

00:00 WITA

Bangli

5108 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Bangli, suaradewata.com – Bagi para petani, tanaman kakao (coklat), dulu sempat menjadi primadona. Namun belakangan, karena ganasnya serangan penyakit busuk buah dan harganya yang kurang menjanjikan menyebabkan para petani mulai beralih. Dampaknya, tanaman kakau kian terpuruk. Bahkan, sebagian besar tanaman ini sudah banyak diberangus dan diganti dengan komuditas yang dianggap lebih menjanjikan seperti tanaman jeruk dan cabe. Seperti terlihat di wilayah Tembuku, Bangli.

Pantauan di lapangan, tanaman jeruk di lahan petani di Desa Peninjoan dan Tembuku, tampak mulai menjamur. Terlebih, tanamannya juga tumbuh subur. Malahan, sejumlah petani telah sempat penen jeruk tahun ini. Usut punya usut, dulunya lahan tersebut adalah tanaman kakau yang kini telah dibabat dan diganti tanaman lain.

Terlebih, produksi jeruk di kawasan ini tergolong cukup bagus dan tidak kalah dengan jeruk produksi petani di Kintamani. Hal ini diakui, Perbekel Peninjoan Dewa Ketut Tagel. Disebutkan, alasan petani beralih ke tanaman jeruk karena makin ganasnya penyakit busuk buah yang menyerang tanaman coklat. “Petani di di wilayah kami, memilih tanaman jeruk untuk menggantikan tanaman coklat. Malahan sejumlah petani telah ada yang panen,”katanya saat dikonfirmasi, Jumat (11/02/2016).

Dikatakan, lahan pengembangan jeruk di Desa Peninjoan telah mencapai ratusan hektar, dimana sentra pengembangan paling banyak di wilayah timur. Disebutkan, sejauh ini tanaman petani cukup subur sehingga bisa menjadi harapan petani di masa mendatang. “Mudah-mudahan tanaman jeruk petani di wilayah kami ini bisa seperti sekarang ini. Kasihan mereka selama ini terus gagal dalam mengembangkan komoditi pertanian,”harap dia.

Dewa Tagel lanjut menambahkan, sebelum mengembangkan coklat petani di wilayahnya sempat mengembangkan tanaman salak. Namun sayang, harga salak  sangat murah. Akhirnya petani memilih mengembangkan coklat, namun cobaan kembali menerpa petani, tanaman coklat  yang begitu menjanjikan kini diserang penyakit busuk buah.

Hal yang sama juga disampaikan I Ketut Tarma, salah seoarang petani di wilayah desa Tembuku. Dijelaskan, karena harga coklat yang rendah menyebabkan banyak rekan-rekannya sesama petani beralih menanam cabe dan jeruk. “Tanaman coklat yang sama milik sudah saya babat karena sebagian besar terserang penyakit. Kebanyakan petani beralih menanam jeruk dan diselingi tanaman cabe,” tegasnya. Karena itu, lanjut dia, besar harapan petani harga jeruk kedepan tidak anjlok.ard


Komentar

Berita Terbaru

\