Membendung Radikalisme Dalam Samangat Idul Fitri
Kamis, 16 Juli 2015
00:00 WITA
Nasional
2335 Pengunjung

Opini, suaradewata.com -Radikalismeadalah suatu paham yang dibuat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.Dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham atau aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda paham atau aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayainya untuk diterima secara paksa. Radikalisme cenderung dilakukan dengan teror.
Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran adalah hari raya Umat Islam, sangat identik dengan tradisi mudik, halal bihalal, kesuka citaan, hidangan makanan, kue lebaran dan lain sebagainya. Idul Fitri juga bisa diartikan sebagai puncakdari pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Idul Fitri sendiri memiliki keterkaitan makna dengan tujuan akhir yang ingin diraih dari pelaksanaan kewajiban berpuasa, secara bahasa atau etimologi bisa berarti Hari Raya Kesucian atau bisa juga diartikan sebagai Hari Kemenangan umat Islam. Kemenangan disini adalah bentuk dari kemenangan dalam menggapai kesucian atau perwujudan dari kembali kepada keadaan fitrah atau Fitri.
Dari dua makna diatas,sangat bertolak belakang, radikalisme mengarah kepada perbuatan kepada kekerasan, sementara Idul Fitri, bermakna kesucian. Sehingga apabila dalam perayaan Idul Fitri ada perbuatan radikalisme yang dilakukan juga oleh umat muslim karena ketidaksepahaman keyakinan misalnya berbeda memahami 1 Syawal ataupun menganggap kelompoknyalah yang paling benar dalam melakukan ibadah, maka orang tersebut tidak benar memaknai hari raya Idul Fitri atau hari dimana kita kembali fitri atau suci dan harus menjauhkan diri dari sikap radikal karena sikap tersebut akan merusak kesucian kita.
Salah satu pesan Idul Fitri yang paling mendasar adalah pesan ukhuwah, yakni pesan-pesan persaudaraan. Dengan sesama umat Islam kita diwajibkan untuk menjalin persaudaraan yang kuat oleh karena sesungguhnya setiap orang yang beriman adalah bersaudara. Sebagai saudara maka umat Islam harus saling tolong menolong dalam kebaikan dan kebajikan, demikian juga terhadap orang-orang lain yang berbeda suku, agama, dan golongan, umat Islam juga diperintahkan untuk saling mengenal dan bersaudara.
Untuk meminimalisir terjadinya radikalisme, khususnya di bulan Ramadhan dan Idul Fitri, belum lama ini, berlangsung acara diskusi Deradikalisasi, di Gedung Marga Wiwitan, Jl Ki Ajurum, Cipocok, Kota Serang, Banten.Koordinator Perempuan Pelopor Anti-Radikalisme (P3AR), Iyoh Marwiah mengimbau seluruh masyarakat senantiasa mewaspadai gerakan radikal terorisme pada bulan Ramadhan, arus mudik, dan Idul Fitri Tahun 2015. P3AR mengajak warga cegah bersamaradikal terorismedalam kehidupan bangsa ini, dengan demikian, faham radikal terorisme dapat dicegah sebagaimana harapan kita.
Iyoh mengatakan, kegiatan diskusi ini untuk memberikan pemahaman utuh dan meyakinkan kepada seluruh tokoh masyarakat, generasi muda, mahasiswa, kalangan perempuan, guru, dan penggiat/pimpinan majelis taklim se-Provinsi Banten, bahwa radikal terorisme sangat membahayakan kehidupan kemanusiaan serta bertentangan dengan ajaran Islam. Kita harus mewaspadai gerakan radikal-terorisme pada Bulan Suci Ramadan dan Idul Fitri.
Amas Tadjuddin (FKPT Banten) mengatakan, hasil keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia 7-10 Juni 2015 di Tegal, Jawa Tengah, sepakat bahwa kegiatan radikalisme yang hendak mengubah dasar negara Pancasila dinyatakan sebagai bughot yang harus diperangi oleh negara. Oleh karena itu, masyarakat Banten perlu meningkatkan kewaspadaan dini terhadap gerakan radikal-terorisme menjelang Ramadan, arus mudik, dan Idul Fitri 2015. Gerakan ini merupakan aksi brutal mengatasnamakan ajaran agama dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan senjata politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.
Kelompok radikal-teroris sering kali mengklaim mewakili Tuhan untuk menghakimi orang yang tidak sefaham dengan pemikiranya. Mereka secara nyata melakukan aksi untuk mengubah negara bangsa menjadi negara agama. Momentum Ramadan dan Idul Fitri 2015 bisa saja menjadi momentum penting bagi gerakan radikal terorisme dimaksud. Oleh karenanya mengimbau masyarakat untuk mewaspadainya.
Sementara Misbahul Munir Kholil dari MUI Jakarta, menyatakan bahwa Banten sebagai penyangga ibu kota Jakarta telah dijadikan arena perang suci untuk melakukan perlawanan dan balas dendam terhadap aparat Polri-TNI. Sepertinya faksi-faksi teroris hendak menunjukkan eksistensinya bahwa Banten adalah arena yang tepat untuk menyerang semua fihak yang telah dianggap kafir thagut.
Pelaku terorisme seperti jaringan Jawa-Sumatera: Serang-Pandeglang-Lebak-Tangerang adalah orang Banten yang melakukan aksinya di luar Banten. Justru saat ini semua jaringan di Pulau Jawa telah menjadikan Banten sebagai pusat latihan dan sekaligus arena perang suci dimaksud. Untuk itu meminta masyarakat agar mewaspadai gerakan ini, serta meminta aparat Polri-TNI agar mampu memberikan rasa aman bagi masyarakat.
Untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya gerakan radikal secara berkelanjutan di Indonesia dapat dilakukan berbagai cara. Ketua Fraksi PKS MPR RI, Tb Soenmandjaja, mengatakan antara lain, ImunisasiIdeologi menjadi salah satu upaya untuk menguatkan pondasi bangsa dalam mencegah radikalisme, mengingat cara represif dan militeristik tidaklah efektif. Memperkuat sistem ketahanan nasional dan ideologi bangsa melalui pendekatan yang lebih sistematis, salah satunya bisa dilakukan dengan cara proses Imunisasi Ideologi.
Ibarat anak bayi yang diberi imunisasi, akan tumbuh kebal dari virus penyakit ketika tumbuh besar. Seperti itu pula imunisasi ideologi yang diharapkan dapat menjadi imunitas bangsa Indonesia terhadap virus radikalisme. Radikalisme dan ekstrimisme bukan fenomena baru, faham ini dapat mengancam keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara.Semua pihak baik penguasa maupun masyarakat merupakan sasaran empuk dari paham radikalisme.
Radikalisme sekarang sudah terjadi di Indonesia dan faktanya sekarang banyak kaum muda yang mulai terjangkit radikalisme, bahkan terorisme.Aksi radikalisme tersebut muncul dikarenakan mereka tidak dapat menerima perbedaan. Mereka anggap perbedaan adalah ancaman, sehingga harus di musnahkan. Langkah apa harus kita lakukan untuk menyelamatkan diri kita, keluarga dan generasi muda dari pengaruh radikalisme.
Yang dapat dilakukan antara lain dengan cara menanamkan pada diri, anak, keluarga, lingkungan kita dan dan generasimuda bahwa agama Islam khususnya adalah agama persatuan yang bervisikan perdamaian dan kerahmatan. Selain itu kita juga selalu mengingatkan bahwa Indonesia terbentuk dari berbagai perbedaan namun tetap dalam persatuan Bhineka Tunggal Ika, serta tanamkan pada diri mereka agar senantiasa bertoleransi terhadap perbedaan, jangan memaksakan kehendaknya yang belum tentu kebenarannya. Menjadi muslim yang senantiasa merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek, dan senantiasa mendidik bukan menghardik, dan yang senantiasa mentolerir akan perbedaan, kerena perbedaan itu indah jika mengambil dari segi positifnya.
Mudah-mudahan dalam suasana Ramadhan dan menyambutIdul Fitri ini kita dapat meredam paham radikalisme yang merugikan semua umat, kita tingkatkan silaturahmi di antara kita agar semakin kokoh sehingga kita menjadi umat yang mengerti tentang perbedaan, umat yang kuat dan berwibawa, menuju pembangunan umat yang bermartabat, damai dan sejahtera. Marilah kita lebih bersungguhsungguh dalam bekerja dan berjuang, dan terus melakukan retrospeksi, atau melihat ke belakang untuk menjadikannya sebagai pelajaran dan introspeksi atau melihat ke dalam diri kita dalam rangka prospeksi atau melihat ke depan menyongsong zaman yang lebih baik,terhormat,dan bermartabat sebagai umat.
Sasman, penulis adalah Tokoh Agama di Kabupaten Kaur, Bengkulu
Komentar