Prosesi Pemiut Awali Rangkaian Karya Maligia Pungel Puri Agung Bangli, Begini Maknanya...
Jumat, 11 April 2025
19:53 WITA
Bangli
1316 Pengunjung

Upacara Pemiut awali rangkaian Karya Maligia Pungel Puri Agung Bangli, Jumat (11/4). SD/Ist
Bangli, suaradewata.com - Upacara memiut atau pemiut adalah pelaksanaan upacara sebagai tanda atau awal dimulainya rangkaian karya besar yang akan dilaksanakan umat Hindu di Bali. Seperti halnya yang dilaksanakan banjar Puri Agung Bangli, Desa Pakraman Kawan, Bangli yang akan menggelar Karya Maligia Pungel yang puncaknya jatuh pada Saniscara Pahing Kelawu, 23 Agustus 2025 mendatang.
Karena masuk katagori karya utamaning utama, persiapanya pun dilakukan jauh-jauh hari. Yang mana, karya meligia pungel ini merupakan upacara penyucian terhadap kekuatan Panca Tan Matra agar kemurnian dan kesuciannya kembali seperti semula yaitu ke sumber kekuatan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Mengawali rangkaian karya tersebut, upacara pemiut dilaksanakan, Jumat (11/4/2025).
Prosesi upacara Pemiut dimulai dengan pelaksanaan pecaruan manca dilokasi yang akan dijadikan peyadnyan (genah suci) di Sumanggen Puri Agung Bangli. Upacara pemiut dipuput oleh Ida Pedanda Gede Satwika Putra Keniten dari Griya Gede Kediri, Tegalalang, Bangli sebagai Yajamana Karya. Selain itu, turut hadir Ida Pedanda Istri Agung dari Griya Manuaba Giri Jati Soetha Sentana Bukit Bangli sebagai Tarpini.
Manggala Karya Meligia Pungel Puri Agung Bangli, A. A. Gde Putra Wiraguna menjelaskan makna pelaksanaan upacara pemiut untuk pembesihan sekala niskala sebagai awal dari rangkaian karya Maligia Punggel. Selain untuk membersihkan atau penyucian lokasi karya. Yang terpenting adalah untuk penyucian hati dan pikiran bagi warga yang akan melaksanakan karya Meligia Pungel supaya lebih fokus dalam menyukseskan bersama-sama setiap tahapan dan rangkaian karya tersebut. "Dalam upacara pemiut hari ini, kita melaksanakan pecaruan dan nyikut karang sebagai awal dari rangkaian Karya Meligia Pungel," ujarnya.
Selanjutnya, proses pembangunan berbagai sarana penunjang karya (Peyadnyan) pun juga sudah mulai dilakukan. "Upacara ini juga merupakan tonggak awal untuk menjalankan prosesi karya suci. Untuk itu, pikiran, perkataan dan prilaku kita dalam menjalankan karya ini sampai akhir harus dijaga kesucianya," tegas Agung Wiraguna yang juga Ketua Maha Gotra Tirta Harum (MGTH). Pelaksanaan Maligia Punggel Puri Agung Bangli tahun ini, dilaksanakan setelah 8 tahun pelaksanaan Maligia Punggel pada tahun 2017 lalu di lokasi yang sama. Saat ini, tercatat sebanyak 53 Puspa yang akan ikut dalam Maligia Punggel.
Untuk diketahui, istilah Maligia, Mukur, dan Ngeroras sejatinya memiliki makna yang sama, yaitu Amor Ring Acintya, mengembalikan Sang Hyang Atma atau Hyang Pitara kepada Braman. Hanya saja, dalam pelaksanaan Maligia Punggel mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dengan skala yang lebih besar yang biasanya dilaksanakan kaum bangsawan di Bali.ard/adn
Komentar