PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Aklamasi, Wayan Jondra Kembali Nahkodai Paiketan Krama Bali

Minggu, 12 Januari 2025

07:58 WITA

Denpasar

1238 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si (pakai udeng merah) bersama A.A. Gde Sutrisna WP, S.T, M.T, IPU Asean Eng (udeng hitam) terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum dan sekretaris umum Paiketan Krama Bali masa bhakti 2024-2029 di Kampus IPB Internasional, Sabtu, (11/1/2025).

Denpasar, suaradewata.comMahasabha II Paiketan Krama Bali kembali memilih Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si secara aklamasi sebagai Ketua Umum Paiketan Krama Bali masa bhakti 2024-2029 di Kampus IPB Internasional, Sabtu, (11/1/2025).

Jondro didampingi A.A. Gde Sutrisna WP, S.T, M.T, IPU Asean Eng sebagai sekretaris umum menggantikan I Made Perwira Duta, S.S, CHA. Sedangkan posisi Bendahara Umum, diduduki I Made Sumerta, S.E, M.Ak. Terpilihnya kepengurusan baru tersebut dituangkan dalam keputusan formatur yang diketuai Dr. Ni Wayan Umi Martina, S.H, M.H didampingi Sekretaris A.A. Gde Sutrisna dan Anggota I Made Kariyasa.

Sebelumnya Mahasabha II Paiketan Krama Bali ini dibuka oleh Penjabat Gubernur Bali S.M. Mahendra Jaya yang didahului dengan sambutan tentang paparan kebijakan pemerintah Provinsi Bali. Serangkaian mahasabha II tersebut juga di gelar seminar dengan tema “ Bali Mau Dibawa Ke Mana“.  Seminar menampilkan 4 pembicara yakni : Dr. Ir. Wayan Koster, M.M; Prof. Dr. IB. Raka Suardana, S.E, M.M; Drs. I Ketut Donder, M.Ag, Ph.D; I Gede Harja Astawa, S.H, M.H.

Pembicara pertama I Ketut Donder membawakan materi berjudul Bali Pulau Dewata, Pariwisata Dan Reduksi Transendensi Kejernihan Pikiran Para Pemimpin Bali  (Kajian Teo-Ekologi). Materi ini mendapat sambutan hangat dari para peserta karena diselingi dengan joke-joke yang membuat seluruh peserta tertawa. Pembicara kedua, Gede Harja Astawa yang juga Ketua Fraksi Partai Gerindra dan PSI di DPRD Bali mem bawakan materi “Peran Wakil Rakyat Dalam Legislasi Dan Pengawasan Terhadap Kebijakan Eksekutif”. Ia menyampaikan keberpihakannya kepada warga di Bukit Ser, Pemuteran Buleleng yang telah mendiami tanah negara secara turun-temurun namun permohonan hak atas tanah sangat sulit dikabulkan. Anehnya, ada sebuah Perusahaan yang memohon hak atas tanah yang sama, dalam waktu tak lama sudah diproses oleh BPN.  Pembicara ketiga Prof Raka Suardana dengan materi “Pemerataan Ekonomi Bali” memaparkan ketidakmerataan pendapatan dan  tingkat pertumbuhan ekonomi antara Badung dan Kabupaten/kota lainnya di Bali. Ketidakmerataan ini adalah PR bagi Gubernur Bali terpilih Wayan Koster.

Pembicara terakhir, Wahyan Koster membawakan materi „Filosofi Air Dalam Leadership Pemimpin Bali Ke Depan”.  Filosofi ini menurutnya mengacu pada visi Nangun Sat Kertih Loka Bali yang akan ia laksanakan saat ia dilantik sebagai Gubernur Bali periode kedua. Koster mengutip Lontar Bhisama Batur Kalawasan yang merupakan warning bagi pemimpin yang melanggar bhisama. “Ling ta kita nanak akabehan, riwekasan, wenang ta kita pratyaksa ukir lan pasir, ukir pinaka wetuning kara, pasir angelebur sehananing mala, ri madya kita awangun kahuripan, mahyun ta kita maring relepaking telapak tangan, aywa kamaduk aprikosa dening prajapatih, yan kita tan eling, moga-moga kita tan amangguh rahayu, doh panganinum, cendek tuwuh, kageringan, lan masuduk maring padutan.” Yang artinya: Ingatlah pesanku, wahai anak-anakku sekalian, di kemudian hari jagalah kelestarian gunung dan laut, gunung adalah sumber kesucian, laut tempat menghilangkan kekotoran, di tengah “dataran” melaksanakan kegiatan kehidupan, hiduplah dari hasil tanganmu sendiri, jangan sekali-kali hidup senang dari merusak Alam, kalau tidak mematuhi, kamu terkena kutuk. Tidak akan menemukan keselamatan, kekurangan bahan makanan dan minuman, umur pendek, terkena berbagai macam penyakit, dan bertengkar sesama saudara. Wejangan Leluhur dalam Bhisama Lontar Batur Kelawasan ini diformulasikan dengan kearifan lokal Sad Kerthi yang dijadikan sebagai pedoman tata cara kehidupan Masyarakat Bali yang menyatu dengan Alam beserta Isinya, untuk menjaga Alam, Manusia, dan Kebudayaan Bali secara Niskala-Sakala.

Para peserta tampak antusias mengajukan  berbagai pertanyaan yang pada intinya menyampaikan kesenjangan antara harapan dan realitas yang terjadi di Bali saat ini. Seorang petani dari Kubutambahan Buleleng mempertanyakan implementasi dari paparan Wayan Koster. Ia memberikan contoh pembangunan Turyapada, apakah tidak melanggar bhisma Batur Kalawasan ? Ia juga mempertanyakan komitmen Wayan Koster menjadikan Bali sebagai Pulau Organik.

Mantan Dirut BTDC, Ir. Made Mandra, M.Sc menyampaikan kekhawatirannya bahwa Toll Gilimanuk-Mengwi akan mengundang migrasi penduduk dari Pulau Jawa jika direalisasikan seraya menyarankan kalai bisa mulai Rambut Siwi saja ke arah Timur (Badung). Perwira Duta menyampaikan keprihatinannya tentang sampah yang dibuang ke laut, kemacetan dan semakin sulitnuya air bersih di Badung Selatan. Saran dari Prof. Ni Luh Kartini agar ada moratorium segala aktivitas di sekitar danau karena empat danau di Bali sudah tercemar terutama di Danau Batur dan Beratan dan terjadi pendangkalan hebat di Danau Buyan. Atas pertanyaan saran dan usulan peserta, Wayan Koster mencatat dan menyarankan agar masyarakat Bali membaca secara detail buku 100 tahun haluan Pembangunan Bali, karena semua telah ada strategi, antisipasi dan solusinya di sana. Rls/red

 


Komentar

Berita Terbaru

\