Nelayan Danau Batur Keluhkan Populasi Ikan Red Devil Mengkhawatirkan
Kamis, 18 April 2024
21:10 WITA
Bangli
1973 Pengunjung
ikan red devil Danau Batur kian dikeluhkan nelayan dan pemilik kuramba jaring apung. Ard/SD/Ist
Bangli, suaradewata.com - Perkembangan ikan Red Devil di Danau Batur, Kintamani, Bangli kian mengkhawatirkan. Betapa tidak, populasi jenis ikan yang bersifat invasif menyerang layaknya predator dan teritorialis ini, kian mendominasi kawasan danau terbesar di Bali itu. Dampaknya, karena sifat ikan berwarna orange menyala yang invasif itu, tentu akan mengancam kelestarian biota danau. Alhasil, tangkapan nelayan kian berkurang.
Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli menyebutkan salah satu dampak perkembangan ikan red devil di Danau Batur, dari segi ekonomi juga menyebabkan penurunan pendapatan nelayan. "Sebagai pembandingan, dalam satu kali angkat jaring nelayan bisa mengangkat 60-90 persen red devils. Sedangkan ikan nila dan mujair yang jadi sasaran nelayan sangat minim didapat, hanya 40 sampai 10 persen saja. Jadi betapa besarnya populasi ikan Red Devil saat ini di Danau Batur," ungkapnya Kamis (18/4/2024).
Lanjut Sarma, sejatinya ikan red devil ini, bukan merupakan ikan edemis danau Batur. "Sesungguhnya asalnya dari luar. Sesuai literatur yang saya baca asalnya dari Nikaragua," jelasnya. Hanya saja, pihaknya mengaku tidak mengetahui bagaimana masukkan jenis ikan ini ke danau Batur. Namun diduga, kemungkinan dari kegiatan penyebaran benih ikan yang tidak terkontrol. "Ini sebenarnya sudah kita tahu sejak sekitar 10 tahun lalu. Hal ini bisa dilihat saat jalan dipinggir Danau Batur dengan mudah kita melihat ikan orange yang menyala ini. Karena prilakunya memang suka menepi di pinggir danau," jelasnya.
Terkait upaya penanganan red devils, pihaknya sudah mulai melakukan Gebyar Penanganan Ikan Red Devil sejak 5 April lalu. "Gebyar ini merupakan bentuk deklarasi dan edukasi kepada masyarakat. Bahwa selain masalah sedimentasi dan pencemaran yang dihadapi di Danau Batur, juga ada masalah lain dengan adanya dominasi ikan Red Devil yang menjadi musuh kita bersama," bebernya. Dalam hal ini, pihaknya bekerjasama dengan para nelayan, untuk menangkap dan mengumpulkan ikan red devils untuk ditawarkan ke pabrik pengolahan tepung ikan yang ada di Jembrana. "Tapi, kita juga berpikir dengan operasional transportasi apakah akan nutup atau tidak," sebutnya.
Alternatif lain, kata Sarma, melalui salah satu anggota DPR RI, Nyoman Parta telah membawa sampel untuk digiling. "Mudah-mudahan ada solusi dengan cara digiling ditempat, sehingga kita tidak lagi membawa ke Jembrana," jelasnya. Selain itu, pihaknya juga terus menggalakkan pengembangan kelompok pengolahan krispi berbahan ikan red devil. "Dalam jangka panjang kita tetap berupaya melakukan pengembangan usaha pengolahannya, agar ikan Red Devil yang selama ini jadi hama bisa kita olah dan manfaatkan dengan nilai ekonomi tinggi," sebutnya.
Diakui dengan banyaknya populasi red devil saat ini di Danau Batur, memang akan sangat berat untuk penanggulangannya. Untuk itu, diperlukan sinergitas semua pihak. Lebih-lebih para nelayan yang bersentuhan langsung dengan Danau dan masyarakat sekitar diberdayakan. "Untuk itu, peningkatan SDM nelayan dan peningkatan sarana dan prasarana akan dilakukan. Gebyar penanganan ikan red Devil juga akan terus dilakukan. Hasil yang didapat akan dihargai," pungkasnya. Ard/red
Komentar