Bangli Bentuk 597 TPK, BKKBN Bali Sosialisasi Pencegahan Stunting Melalui Diskusi Kelompok
Selasa, 05 Maret 2024
12:50 WITA
Bangli
1647 Pengunjung
BKKBN Propinsi Bali saat sosialisasi pencegahan stunting melalui diskusi komunitas/kelompok di BMB Kantor Bupati Bangli, Selasa (4/4). SD/Ist
Bangli, suaradewata.com - Berbagai upaya terus digencarkan untuk mencegah penyebaran stunting pada anak di Provinsi Bali. Tak terkecuali, di Kabupaten Bangli. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk deteksi dini stunting dengan membentuk 597 Tim Pendamping Keluarga (TPK) di seluruh desa/kelurahan di Bangli. Selain itu, peran TP PKK juga terus diintensifkan untuk lebih intens melakukan pembinaan pencegahan stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita karena kekurangan gizi kronis yang menyebabkan anak terlalu pendek pada usianya.
Hal tersebut terungkap saat sosialisasi pencegahan stunting melalui diskusi komunitas/kelompok yang dimotori oleh BKKBN Provinsi Bali, Selasa (5/4/2024) di gedung BMB Kantor Bupati Bangli. Sosialisasi dibuka oleh Sekeetaris BKKBN Bali, I Made Arnawa. Narasumber yang dihadirkan Ketua TP PKK Kabupaten Bangli, Ny. Sariasih Sedana Arta dan bidang Gizi, Ni Sri Meteri. Sedangkan selaku moderator Kepala PMD Bangli, Dewa Putu Purnama. Sementara pesertanya terdiri dari PKK kecamatan hingga desa se-kabupaten Bangli, dan berbagai komunitas terkait lainnya.
Dalam sambutan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali yang dibacakan Made Arnawa menyampaikan dalam rangka pelaksanaan percepatan penurunan stunting dibutuhkan intervensi yang konvergen meliputi intervensi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung. "Pengalaman global menunjukkan bahwa penyelenggaraan intervensi yang konvergen yaitu terintegrasi, terkoordinir dan bersama-sama untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan Percepatan Penurunan Stunting," ungkap Arnawa.
Lanjut disebutkan, mengacu survey Status Gizi Indonesia tahun 2022, prevalensi angka stunting Provinsi Bali terendah yaitu sebesar 8%. Sedangkan kabupaten Bangli sebesar 9.1%. Ada penurunan sebesar 1.3% dibandingkan dengan data tahun 2021 ( 11.8%). "Tentunya kita patut bersyukur , terjadinya penurunan angka stunting tersebut karena keterlibatan berbagai unsur, salah satunya adalah Tim Penggerak PKK yang terus bergerak membangun keluarga-keluarga yang ada di perkotaan dan juga di pedesaan," ungkap Arnawa.
Dalam hal ini, Pemerintah pusat melalui BKKBN melakukan berbagai upaya untuk memberikan dukungan SDM dan anggaran untuk percepatan penurunan angka stunting di Provinsi Bali, khususnya di Kabupaten Bangli. Terbukti dengan adanya Tim Percepatan Penurunan stunting dari Tingkat desa /kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi yang terus berupaya malakukan koordinasi untuk melakukan tugas dan fungsi untuk melakukan intervensi secara spesifik maupun sensitive.
Selain itu, terbentuknya 597 Tim Pendamping Keluarga di seluruh desa/kelurahan di Bangli, yang setiap saat melukan pendampingan kepada sasaran ibu hamil, Pasangan Usia Subur, Calon pengantin dan Balita. "Dengan berbagai kompleksitasnya, percepatan penurunan stunting harus terfokus pada keluarga berisiko stunting," ungkapnya.
Pendampingan atas keluarga berisiko stunting menjadi hal yang sangat penting, mengetahui faktor risiko yang dimiliki dan melakukan intervensi sesuai kebutuhan. "Pendampingan atas keluarga berisiko stunting dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang telah dibentuk diseluruh desa/kelurahan," ujarnya. TPK terdiri dari bidan desa, kader TP PKK dan kader KB diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan dalam memberikan pendampingan. "Tugas utama dalam pendampingan keluarga adalah penyuluhan, memfasilitasi pelayanan rujukan, memfasilitasi bantuan sosial serta surveilans terhadap kelompok sasaran di tingkat desa/kelurahan," ujarnya. Dengan terbentuknya TPK ini harapannya deteksi dini atas kasus yang berisiko stunting di desa/kelurahan dapat dicegah sedini mungkin sehingga upaya percepatan penurunan stunting dapat tercapai sesuai target di tahun 2024.
Sementara Ketua TP PKK Kabupaten Bangli, Ny. Sariasih Sedana Arta dalam pemaparannya menyampaikan peran TP PKK kabupaten dalam pencegahan stunting. Salah satu tujuan PKK, terkait kesehatan yakni mencegah stunting. Dalam hal ini, yang terpenting adalah upaya preventif atau pencegahan. "Angka stunting tahun 2023, kita peringkat ke-7 di propinsi Bali. Harapannya tahun 2024, bisa turun," ujarnya. Diakui pula, dalam melakukan sosialiasi pembinaan stunting kerap terkendala adanya ketersinggungan para orang tua kalau anaknya disebut stunting. "Untuk itu, perlu formula edukasi yang lebih baik," jelas Sariasih Sedana Arta.
Lanjut Dirut RS BMC ini, penyebab stunting, ada dua faktor. Yakni internal dan eksternal. Faktor internal karena kurang gizi kronis sejak kehamilan, anemia pada saat bayi lahir, berat badan bayi terlalu rendah, serta cacat bawaan janin. Sedangkan faktor eksternal karena dipengaruhi kondisi lingkungan dan ekonomi yang buruk, sanitasi kurang kurang baik serta minimnya akses terhadap makanan bergizi. "Dalam hal ini, stunting bisa dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). "Ini masa pembentukan sel yang sangat penting," pungkasnya. ard/red
Komentar