Umanis Galungan, Warga Jembrana Nostalgia di Ayunan Kuno
Jumat, 01 Maret 2024
13:30 WITA
Jembrana
3205 Pengunjung
Warga Jembrana berbondong-bondong menikmati ayunan kuno ikon desa tahun 1960an di Banjar Nusa Sakti, Desa Nagasari, Jembrana, saat Umanis Galungan, Kamis, (29/02/2024). SD/dep/ist
Jembrana, suaradewata.com - Umanis Galungan, Kamis 29 Februari 2024, warga Jembrana, khususnya Kecamatan Melaya, memadati sebuah tempat hiburan rakyat di bawah rimbunnya pohon beringin di Banjar Nusa Sakti, Desa Nusasari. Tujuan mereka adalah untuk menikmati Ayunan Bingin, sebuah ayunan kuno yang terbuat dari kayu dan telah menjadi ikon desa setempat sejak tahun 1960an.
Di tengah gempuran teknologi canggih, Ayunan Bingin menjadi bukti bahwa tradisi permainan anak masih bisa terjaga. Bagi warga, ayunan ini bukan hanya permainan biasa, tetapi juga tradisi kebersamaan yang harus dijaga dari generasi ke generasi.
Bendesa Adat Nusasari, I Wayan Timpuh, mengungkapkan bahwa perayaan Galungan dan Kuningan selalu menjadi momen indah untuk bernostalgia di Nusasari. "Ayunan tradisional ini merupakan warisan dari para orang tua yang dijaga dengan baik oleh masyarakat kami," tuturnya.
Kelian Adat Banjar Nusasakti, I Komang Sentra, menambahkan bahwa melestarikan warisan budaya adalah kewajiban. Ayunan Bingin selalu menjadi daya tarik, terutama saat Galungan dan Kuningan. Bahkan, tak hanya warga setempat, banyak warga dari Kecamatan Melaya yang datang untuk mencobanya.
Harga tiket Ayunan Bingin sangat terjangkau, yaitu Rp 5.000 untuk sepuluh kali putaran. Bagi Komang Sentra, Ayunan Bingin bukan hanya tentang kesenangan, tetapi juga tentang tradisi kebersamaan.
"Kami harap Ayunan Bingin selalu menjadi tempat tujuan saat hari raya untuk menjaga tradisi kekeluargaan dan tradisi ini terus dijaga oleh generasi muda," harapnya. Dep/red
Komentar