Pastikan Dapat Pengasuhan yang Baik, Menteri PPPA Temui Dua Bocah yang Dirantai Ibunya
Selasa, 25 Oktober 2022
18:00 WITA
Tabanan
1776 Pengunjung
Menteri PPPA IGA Bintang Darmawati, ketika mendatangi Polres Tabanan. Foto : Ayu Trisna
Tabanan, suaradewata.com – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati langsung terbang ke Bali setelah mengetahui adanya kasus seorang ibu yang mengikat anaknya dengan didalam rumah di Jalan Walet, Nomor 2, Lingkungan Banjar Gerang, Pasekan, Desa Dajan Peken, Tabanan. Ia kemudian langsung meluncur ke Polres Tabanan dan menemui korban serta pelaku.
Menteri Bintang tiba di Mapolres Tabanan sekitar pukul 15.00 WITA didampingi anggota DPRD Tabanan Fraksi PDIP Putu Yuni Widyadnyani, Kepala Dinas Sosial Tabanan, dan jajaran. Mereka diterima langsung oleh Kapolres Tabanan beserta jajaran. Rombongan kemudian disusul dengan kedatangan Bupati Tabanan.
Pada kesempatan itu, Menteri Bintang ingin memastikan jika kedua anak yang dirantai oleh ibunya ini mendapat jaminan dan perlindungan dan pola pengasuhan yang terbaik. "Kedatangan kami adalah untuk memastikan kedua anak ini mendapatkan pola pengasuhan yang baik selama ibunya menjalani proses pemeriksaan, dan itu sudah dilakukan oleh Pemkab Tabanan dan Polres Tabanan," terangnya.
Ditambahkannya jika, pola pengasuhan terbaik untuk anak memang harus di dapat dari orang tuanya. Namun jika tidak bisa dilkukan oleh orang tuanya, maka bisa diusahakan dari pihak orang terdekat pengganti orang tuanya. Apakah itu nenek, kakek atau kerabat lainnya. Namu jika tidak ada, maka akan difasilitasi oleh Pemkab atau Negara. "Apakah nanti itu dititipkan di panti asuhan atau lainnya. Tapi dalam kasus ini pola pengasuhan kepada kedua anak ini sudah difasilitasi oleh Pemkab dengan menitipkan di Rumah Singgah," sebutnya.
Lalu apakah kenakalan yang dilakukan oleh DH dan DS masih tergolong wajar atau tidak, menurut Menteri Bintang yang sempat berinteraksi dengan kedua bocah itu menilai masih cukup wajar. "Namun demikian jika memang benar anaknya mengalami gejala hiperaktif atau lainnya, kami berharap mereka mendapatkan terapi yang baik karena sampai saat ini tesnya masih berlanjut," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa dua orang bocah ditemukan warga dalam kondisi diikat dengan rantai dan digembok di sebuah rumah di Jalan Walet, Nomor 2, Lingkungan Banjar Gerang, Pasekan, Desa Dajan Peken, Tabanan. Diduga kedua bocah ini diikat oleh ibu kandungnya sendiri, Urai Dita Widyastuti.
Kondisi itu diketahui pada Sabtu (22/10/2022) sekitar pukul 20.00 WITA oleh seorang warga yang tinggal tidak jauh dari TKP. Ketika itu saksi yang hendak pergi ke Masjid melintas didepan rumah pelaku dan melihat jika lampu rumah itu padam. Namun terdengar suara tangisan dua orang anak kecil dari dalam rumah tersebut.
Mendengar hal tersebut, saksi kemudian meminta bantuan warga lainnya untuk mengecek kedalam rumah. Karena rumah dalam keadaan tertutup, mereka kemudian melompat ke halaman rumah melalui tembok pagar depan. Dan alangkah terkejutnya saksi mendapati seorang bocah berusia sekitar 6 tahun dalam kondisi telanjang dan hanya menggunakan popok dalam kondisi leher terikat rantai dan tergembok. Rantai itu kemudian diikatkan ke kusen jendela rumah.
Tak hanya disitu saja, menggunakan penerangan dari lampu handphone, para saksi kemudian masuk ke dalam rumah dan kembali mendapati seorang bocah laki-laki dengan kondisi serupa yakni kaki terikat rantai dan rantai diikatkan pada kayu kusen pintu kamar tamu. Atas penemuan tersebut, para saksi kemudian melapor ke aparat desa setempat dan diteruskan ke pihak kepolisian. Namun sebelum itu, sejumlah saksi sempat memberikan kedua bocah itu makanan.
Tak menunggu waktu lama, ibu kandung dari kedua bocah itu pun diamankan oleh pihak kepolisian bersama pacarnya.
Sementara itu, Dinas Sosial Tabanan langsung turun untuk memberikan pendampingan terhadap kedua korban. Dimana saat ini kedua anak itu sudah dibawa ke rumah singgah di Wanasara.
Sementara itu, berdasarkan informasi dari sejumlah sumber, disebutkan jika ibu kedua bocah ini sehari-harinya bekerja di Denpasar. “Sebenarnya sudah lama anak-anak itu diperlakukan seperti itu, tapi baru ketahuan pas malam minggu kemarin karena lampunya mati,” ujar sumber yang enggan disebutkan namanya. ayu/yok
Komentar