PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Duh! Tersangkut Sampah Plastik, Kapal Rombongan DPR RI Mati di Tengah Laut

Senin, 17 Februari 2020

21:00 WITA

Denpasar

2571 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

istimewa

Denpasar, suaradewata.com - Mesin kapal yang ditumpangi anggota DPR RI Nyoman Parta dan rombongan, mati seketika ditengah laut, Senin (17/2/2020) sore. Usut punya usut, baling-baling mesin tersangkut sampah plastik yang terombang ambing di tengah laut.

Informasi yang berhasil dihimpun, setelah mengadakan pertemuan dengan pelaku pariwisata dan masyarakat di Nusa Lembongan terkait kelangkaan gas LPG pada hari Minggu (16/2/2020), anggota Komisi VI DPR RI, Nyoman Parta pun kembali ke daratan menggunakan fast boat dengan tujuan Pantai Sanur, Denpasar, Senin (17/2/2020). Namun ditengah perjalanan, kapal yang ditumpangi Ngoman Parta dan rombongan mengalami mesin mati. "Tiba-tiba alarm berbunyi lalu mesin mati," ujar Politisi PDI Perjuangan ini.

Setelah diusut, ternyata penyebab mesin mati adalah plastik. Mesin kapal tersangkut plastik yang menyebabkan alarm berbunyi. "Kapten kapal seketika mematikan mesin, kurang lebih 5 menit mesin diangkat, plastik pun jatuh dan kapal bisa jalan kembali," jelasnya.

Parta yang baru kali ini mengalami kejadian menegangkan tersebut mengatakan, beruntung alarm kapal berbunyi, jika tidak bisa berakibat fatal. Bahkan menurut kapten kapal yang sempat ia tanya, kejadian mesin tersangkut sampah plastik sampai mematikan mesin sering terjadi. "Apalagi kalau makin sore, kumpulan plastik makin banyak," katanya.

Menurut Parta kejadian seperti itu tidak akan terjadi apabila lebih serius lagi  menyelesaikan sampah di sumbernya, memilah yang organik dengan yang anorganik. “Percepat melakukan ini, kepala desa yang baru dilantik di seluruh bali, agar semua membuat pogram pengolah sampah di sumber,” tegasnya.

Ditambahkannya, cegah plastik sampai masuk laut, karena kalau sudah di laut tidak bisa lagi mengambilnya. “Disamping merusak ekosistem dan biota laut juga membahyakan pelayaran,” tutupnya. gus/ari


Komentar

Berita Terbaru

\