Wajah BPN Sembunyi dibalik Panitia Reuni Akbar 212
Kamis, 06 Desember 2018
00:00 WITA
Nasional
8278 Pengunjung
istimewa
Opini, suaradewata.com - Pelaksanaan Reuni Akbar 212 di Monumen Nasional Jakarta pada 2 Desember 2018 telah berlangsung dengan lancar. Acara yang dimulai pada Minggu dini hari ini berjalan dengan tertib. Selama acara dilaksanakan hingga seluruh massa meninggalkan lokasi acara terlihat suasana yang cukup kondusif.
Sama sekali tidak terjadi aksi anarkis atau tindakan yang mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat. Memang dapat diakui dengan jujur bahwa pengorganisasian Reuni Akbar 212 cukup baik. Karena tentu tidak mudah mengorganisasi acara yang dihadiri oleh begitu banyak orang. Kesadaran dan disiplin peserta atau massa Reuni Akbar 212 juga cukup tinggi ditunjukkan, sehingga patut untuk diberi apresiasi.
Selain menjadi momen peringatan kebangkitan umat Muslim di Indonesia, Reuni Akbar 212 juga menjadi momentum capres dan cawapres nomor urut 02 yakni Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk menambah suara umat Muslim dalam penyelenggaraan Pilpres 2019 mendatang.
Dapat dikatakan demikian karena secara tidak langsung, kehadiran sosok Prabowo dalam Reuni Akbar 212 menonjolkan sisi sebagai calon Presiden, meskipun tidak tersirat dalam orasi yang disampaikannya. Secara simbolik, kehadiran Prabowo seakan memberi kepastian terkait kegelisahan massa 212 atas berbagai permasalahan yang ada sekarang.
Di sisi lain, hal itu diperkuat dengan pernyataan juru bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmin yang menyebut bahwa kelompoknya mengundang Prabowo Subianto beserta seluruh politikus yang memiliki haluan sama dengannya. Maka dapat diartikan bahwa dukungan tersebut terlihat sangat nyata meskipun tidak dilontarkan dengan ucapan umat Muslim yang hadir dalam Reuni Akbar 212.
Meskipun terdapat bukti bahwa dukungan tersebut murni dari hati umat Muslim yang rindu akan sosok pemimpin seperti Prabowo, dengan pernyataan dari anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Ratna Dewi Pettatolo, yang mengatakan Reuni Akbar 212 tidak melanggar tahapan kampanye terbuka Pilpres 2019. Dukungan berbanding lurus dengan peraturan yang berlaku.
Semua hal tersebut berbanding terbalik dengan fakta di lapangan. Perlu digarisbawahi, terdapat beberapa panita penyelenggara Reuni Akbar 212 yang juga menjabat sebagai bagian dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019 mendatang. Siapa sajakah orangnya? Berikut nama mereka satu per satu.
Pertama, Slamet Ma’arif yang merupakan Ketua Presidium PA 212 juga menjabat sebagai Wakil Ketua BPN. Kedua, Yusuf Muhammad Martak selaku Koordinator Dewan Pengarah 212 juga menjabat sebagai Dewan Pengarah BPN.
Ketiga, Neno Warisman yang merupakan anggota Divisi Acara 212 juga menjabat sebagai Wakil Ketua dan Juru Kampanye BPN. Keempat, Haekal Hasan selaku Bendahara Satu 212 juga menjabat sebagai Juru Kampanye BPN. Terakhir, Muhammad Al Khathath yang merupakan Wakil Ketua Satu PA 212 juga menjabat sebagai Juru Kampanye BPN.
Dari nama-nama tersebut tentu dapat ditarik kesimpulan bahwa Reuni Akbar 212 bermuatan politik praktis dimana mendukung salah satu calon presiden yaitu Prabowo Subianto. Karena dalam politik tidak ada istilah no free lunch atau bisa diartikan harus ada hubungan timbal balik antara massa 212 dengan kehadiran Prabowo dalam acara ini.
Walaupun secara resmi Reuni Akbar 212 adalah ajang silaturahmi, ceramah keagamaan, tausiah Rizieq Shihab dan dinyatakan tidak terdapat acara kampanye politik praktis, tetapi arah atau nuansanya sangat kental secara politik untuk menguntungkan dan memberi dukungan kepada kubu Prabowo Subianto.
Oleh : Aldo Indrawan : Penulis merupakan pemerhati sosial politik di Jakarta
Komentar