AMPB dan ASITA Komite Tiongkok Dukung Gubernur Tata Pariwisata Bali
Rabu, 28 November 2018
00:00 WITA
Denpasar
2553 Pengunjung
suaradewata.com
Denpasar, suaradewata.com - Gubernur Bali Wayan Koster bertemu dengan Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali (AMPB) di Legian Beach Hotel, Kuta, Rabu (28/11) siang. Pada kesempatan ini Gubernur menyampaikan berbagai langkah yang akan dilakukannya khususnya di bidang pariwisata untuk mewujudkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Gubernur menyampaikan berbagai langkah yang sudah, sedang dan akan dilakukannya untuk membenahi Bali ke depan. Beberapa diantaranya terkait dengan penataan lingkungan, pembangunan infrastruktur, kebijakan ekonomi kerakyatan yang bersinergi dengan dunia pariwisata, termasuk kebijakan di bidang pariwisata itu sendiri. “Semua aspek akan saya tata,” kata Gubernur. Ia mengajak para pelaku pariwisata untuk turut serta mendukung kebijakan positif yang menguntungkan semua pihak khususnya masyarakat lokal Bali ini.
Rencana yang disampaikan Gubernur ini mendapat respon positif dari peserta pertemuan. Ketua AMPB Dr. Gusti Kade Sutawa menyampaikan hampir semua poin yang ingin ditanyakan oleh AMPB kepada Gubernur sudah terjawab dalam pertemuan ini. Cukup banyak isu yang disampaikan AMPB kepada Gubernur seperti masterplan pembangunan, infrastruktur, persoalan sampah, kemacetan, persoalan akomodasi pariwisata, keamanan, transportasi termasuk persoalan praktek jual beli kepala. Langkah Gubernur Koster melakukan penertiban praktik pariwisata legal mendapat apresiasi dari AMPB.
Secara khusus, Ketua AMPB juga membacakan hasil FGD ASITA Komite Tiongkok tentang pasar Tiongkok. Hasil FGD itu pada intinya menyampaikan bahwa banyak agen wisata yang merasa gembira dan memberikan pujian kepada pemerintah Bali, karena telah menutup toko-toko mafia tiongkok ini. Menurut agen, dengan tutupnya toko-toko ini keluhan wisatawan yang datang ke Bali akan berkurang dan secara perlahan pasar Tiongkok di Bali akan kembali normal.
Hasil FGD ini juga menguak alasan menurunnya wisatawan Tiongkok bukan disebabkan oleh kebijakan Gubernur Bali. Faktor utama dikarenakan perekonomian di Tiongkok juga sedang turun. Ini mengacu pada penurunan yang juga terjadi di pasar Tiongkok lain seperti Manado dan Rusia. Di samping itu bulan November-Desember memang sepi setiap tahunnya, itu sebabnya pada bulan-bulan ini dijual murah.
Faktor lain yang mempengaruhi persepsi wisatawan Tiongkok adalah jatuhnya pesawat Lion Air dan bencana gempa Lombok serta Tsunami Palu. Berita-berita ini termasuk soal penipuan dan ketidakramahan oknum toko-toko ilegal membuat penurunan sebenarnya sudah dirasakan sejak bulan Juni. Itu sebabnya langkah yang diambil Gubernur Bali untuk menertibkan toko-toko tersebut dipandang sebagai hal yang positif untuk keberlangsungan pariwisata Bali ke depan. rls/ari
Komentar