PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Makna Tradisi Sang Hyang Sampat di Desa Pekraman Puluk- puluk

Senin, 11 Juni 2018

00:00 WITA

Tabanan

3927 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata

Tabanan, suaradewata.com – Menjelang musim panen di Subak Puakan, Desa Pekraman Puluk -puluk, Desa Tengkudak, Kecamatan Penebel, Tabanan, krama subak Senin (11/6/2018) menjalankan tradisi nedunang Sang Hyang Sampat yang memiliki tujuan untuk Nangkluk Merana di kawasan subak serta memohon agar tanaman padi pada petani terhindar dari hama, kelancaran dalam panen, serta segala aktifitas yang dilakukan di subak berjalan lancar.

Tradisi turun temurun ini sudah ada sejak jaman dulu, dimana Sang Hyang Sampat menurut para tetua di Desa Pekraman Puluk - Puluk muncul sejak jaman pra Hindu dimana secara mitologi dikaitkan dengan pertempuran yang dilakukan Raja Ki Ngurah Panji Sakti. “Jadi menjelang panen kami di subak akan menggelar Ngusaba di Pura Bedugul atau Pura Subak, dan sebelum Ngusaba maka harus digelar nedunang Sang Hyang Sampat, kebetulan Ngusaba di Pura Bedugul akan digelar hari Rabu (13/6/2018),” ungkap Pekaseh Subak Puakan, I Wayan Sukayadnya

Terdapat dua Sang Hyang Sampat yang memang Melinggih di Pura Bale Agung Desa Pekraman Puluk - Puluk yang terdiri dari Sang Hyang Sampat Lanang dan Sang Hyang Sampat Istri. Ia menyebutkan lidi dari Sang Hyang Sampat merupakan lidi Ron dan lidi Nyuh Gading yang sudah disucikan, dengan jumlah lidi Sang Hyang Sampat Lanang dan Istri berbeda-beda. Jumlah lidi Sang Hyang Sampat Lanang adalah 108 dan jumlah lidi Sang Hyang Sampat istri sebanyak 118. “Secara niskala roh widyadara yang menjiwai Sang Hyang Sampai ini setelah diupacarai akan berkeliling subak untuk membersihkan atau memberkahi areal subak, sedangkan kalau kita berbicara secara sekala sampat atau sapu itu kan berfungsi untuk membersihkan,” paparnya.

Sang Hyang Sampat yang sudah dihias dengan bunga dan lonceng, akan mengelilingi Subak yang ada di kawasan Desa Pekraman Puluk - Puluk yakni Subak Puakan yang terdiri atas lima tempek yaitu tempek Munduk, tempek Puakan 1, tempek Puakan 2, tempek Umalaka, dan tempek Mengesta. Disamping itu, Sang Hyang Sampat Lanang dihias dengan kain berwarna poleng dan kuning, sedangkan Sang Hyang Sampat Istri dihias dengan kain berwarna putih dan kuning. Aura magis dan sakral pun sangat terasa saat juru sunggi atau warga yang membawa Sang Hyang Sampat mulai berlari keluar Pura menuju arah subak. “Kemana arahnya kita tidak bisa prediksi, juru sunggi pun tidak akan bisa mengendalikan tubuh mereka dan pasti akan melaju kearah yang dikehendaki Sang Hyang Sampat,” lanjutnya.

Ritual Sang Hyang Sampat ini akan berlangsung selama dua hari sampai seluruh areal subak seluas mencapai 86 hektar tersebut diberkahi seluruhnya. Sekali tedun, Sang Hyang Sampat bisa mengelilingi Subak 2 hingga 3 jam. “Biasanya ida tedun tiga hari, tetapi kali ini ida tedun dua hari dan pada hari Rabu ida akan tedun ke Pura Bedugul langsung untuk menyaksikan proses Ngusaba sebelum panen kami lakukan,” pungkasnya. ayu/rat


Komentar

Berita Terbaru

\