PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Ketua PN Gianyar Minta Maaf Secara Resmi Melalui PHDI

Senin, 05 Februari 2018

00:00 WITA

Gianyar

3463 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suara dewata

Gianyar, suaradewata.com - Insiden plangkiran digantungi pakaian di rumah dinas Ketua PN Gianyar terselesaikan secara kekeluargaan. Ketua PN Gianyar, Sukmawati SH,MH, pun secara resmi menyatakan permintaan maafnya dihadapan tokoh masyarakat, PHDI, FKUB, MMDP, Kemenag, dan Kesbangpol Gianyar, Senin (5/2) di sekretariat kantor PHDI Gianyar.

Atas permintaan dari Ketua Pengadilan Tinggi Denpasar I Ketut Gede SH,MH, kepada PHDI untuk dapat mengklarifikasi permasalahan yang sempat viral di media sosial dan media massa, pertemuan antara lembaga pengadilan dan PHDI akhirnya dilangsungkan di Sekretariat PHDi Gianyar, Senin (5/2). Ketua PT Denpasar mengatakan, apa yang dilakukan oleh bawahannya memang tidak sesuai untuk itu dirinya meminta maaf kepada seluruh umat Hindu.

Sementara itu, Sukmawati mengaku insiden tersebut terjadi karena ketidaktahuannya tentang fungsi plangkiran sebagai salah satu hal yang disucikan. "Saya baru pertama bertugas di Bali. Kejadian itu murni karena ketidaktahuan saya. Di sini saya hanya mohon maaf, mohon maaf dan mohon maaf saja," ungkapnya.

Sukmawati pun berjanji tidak akan mengulangi tindakan tersebut di kemudian hari. "Semoga kedepan saya bisa belajar lebih baik lagi. Sehingga kejadian ini tidak terulang," terangnya.

Mendengar permohonan maaf itu, Wakil Ketua PHDI Bali Pinandita Drs. I Ketut Swastika pun memaklumi. "Kalau dibilang salah tetap salah, karena terkait kesucian. Tapi karena dilakukan karena ketidaktahuan dan ibunya dengan jiwa besar mengakui dan mohon maaf, jadi kami maafkan," terangnya. ia juga menegaskan, PHDI bukan tempat mengadili melainkan lembaga tertinggi umat dan lembaga bhisama.

Menurut kacamata Hindu, Jero Mangku Swastika mengatakan manusia memang tidak lepas dari perbuatan baik dan buruk. "Kita maklumi pengakuannya karena ketidaktahuan. Karena sudah akui salah, kewajiban kita adalah memaafkan," ucapnya.

Sedangkan, Ida Pedanda Grya Kekeran yang juga hadir dalam pertemuan itu menyampaikan, manusia tidak luput dari kesalahan, karenanya manusia tidak boleh mengulangi kesalahan itu di kemudian hari. Namun permasalahan ini jangan sampai dibuat keruh atau dibesar-besarkan. “Kesalahan itu tidak mengurangi nilai persaudaraan kita, jangan membuat permusuhan,” nasehatnya. gus/ari


Komentar

Berita Terbaru

\