Peringatan Hari Ibu, Wakil Ketua Pengadilan Sebagai Inspektur Upacara
Jumat, 22 Desember 2017
00:00 WITA
Jembrana
3538 Pengunjung
suara dewata
Jembrana, suaradewata.com - Peringatan Hari Ibu Ke - 89 dan Peringatan Ke - 69 Hari Bela Negara di selenggarakan dalam bentuk apel di Stadion Pecangakan, Jumat (22/12).
Bertindak sebagai Inspektur Upacara, Wakil Ketua Pengadilan Negeri Negara R. Diah Poernomojekti dan sebagai Pemimpin Upacara adalah Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Negara, Inda Mustika Ayu. Hadir pada apel tersebut, Bupati Jembrana I Putu Artha, Wabup Made Kembang HArtawan, Ketua DPRD Ketut Sugiasa, Kapolres JEmbrana AKBP Priyanto Priyo Hutomo, Dandim Letkol Kav. Djefri Marsono Hanok, kepala – kepala OPD PEmkab JEmbrana, Anggota ASN Pemkab JEmbrana, TNI dan POLRI.
Sambutan Bupati Jembrana yang dibacakan oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri Negara R. Diah Poernomojekti mengatakan Melalui tema Peringatan Hari Ibu kali ini yaitu “Perempuan Berdaya, Indonesia Jaya” Ini mengandung makna bahwa kaum perempuan memiliki posisi strategis dalam upaya revolusi mental bangsa, sehingga kaum perempuan diharapkan mampu berperan sebagai agen perubahan demi terwujudnya perbaikan kualitas hidup keluarga, masyarakat dan bangsa, khususnya pembangunan Sumber Daya Manusia yang berpihak pada peningkatan kesetaraan gender di Kabupaten Jembrana.
Sedangkan pada hari Bela Negara mengambil tema “Ayo! Bela Indonesiaku. Indonesia Rumah Kita”. Memasuki era reformasi pada tahun 1998, di satu sisi kita menyambut gembira munculnya fajar reformasi yang diikuti gelombang demokratisasi di berbagai bidang. Namun bersamaan dengan kemajuan kehidupan demokrasi tersebut, Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa. Hal ini dikarenakan situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah berubah, baik di tingkat domestik, regional maupun global.
Perubahan yang amat nyata saat ini dan akan terus berubah pada masa yang akan datang adalah terjadinya proses globalisasi di segala aspek kehidupan, Lonjakan pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat, dimana informasi menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, tapi juga rentan terhadap “manipulasi” informasi dengan segala dampaknya. Terjadinya “amnesia nasional” tentang pentingnya kehadiran Pancasila sebagai norma dasar (grundnorm) yang mampu menjadi payung kebangsaan yang menaungi seluruh masyarakat yang beragam suku bangsa, adat, budaya, bahasa, agama dan afiliasi politik.
Terjadinya perubahan tersebut diperlukan langkah cepat Gerakan Revolusi Mental berupa penanaman kembali kesadaran Bela Negara guna menjawab berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan yang akan datang, terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan radikalisme, intoleransi dan fanatisme kelompok yang berlebihan. Permasalahan yang semakin kompleks memerlukan solusi yang tepat, terencana dan terarah dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai pemandu arah menuju Indonesia yang lebih baik.
Tanpa aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan kehilangan arah perjalanan bangsa di era globalisasi yang kian kompleks. Sebagaimana pesan Bung Karno: “Apakah kelemahan kita? Kelemahan kita ialah kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong”.
Selaras dengan pesan-pesan yang disampaikan “The Good Father” bangsa tersebut, maka reformasi dan demokratisasi di segala bidang akan menemukan arah yang tepat, manakala kita bisa hidupkan kembali nilai-nilai Pancasila yang penuh toleransi dalam praktek kehidupan bermasyarakat di tengah keberagaman bangsa yang majemuk ini sebagai wujud kesadaran kita dalam Bela Negara.
Artha mengajak agar menjadikan momentum ini untuk memperkuat empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI) sebagai wujud bakti dan berjuang Bela Negara melalui aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup (weltanschauung), yang dapat menjadi pondasi, perekat sekaligus payung kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Dengan membumikan nilai-nilai Pancasila dalam keluarga kita, seperti nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai permusyawaratan dan keadilan sosial, saya yakin bangsa Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Jembrana khususnya akan dapat meraih kejayaan di masa depan. dep/ari
Komentar