Ingin Mendapat Penjelasan, Sudikerta Panggil Ketua KONI dan Panpel
Selasa, 19 September 2017
00:00 WITA
Denpasar
3793 Pengunjung
ist
Denpasar, suaradewata.com - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta memanggil Ketua Umum KONI Bali Ketut Suwandi dan Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) Pande Made Purwata, di Ruang Kerja Wagub Kantor Gubernur Bali, Selasa (19/9).
Dalam pertemuan tersebut, Wagub Sudikerta ingin mendapat penjelasan tentang ketidaknyamanan yang terjadi pada prosesi pembukaan PORPROV yang berlangsung di Stadion Kapten Wayan Dipta Gianyar, Minggu (17/9). Kesempatan itu juga dimanfaatkannya untuk mengevaluasi pelaksanaan PORPROV secara keseluruhan sehingga dapat berjalan dengan baik hingga prosesi penutupan pada 23 September 2017mendatang.
Mengawali penjelasannya, Ketua KONI Ketut Suwandi mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi pada prosesi pembukaan PORPROV XIII Tahun 2017. Menurut Suwandi, persoalan muncul karena kurangnya komunikasi dan siskronisasi dalam penyusunan rundown prosesi acara pembukaan. Pihak panitia pelaksana ingin memberi kejutan-kejutan, namun dalam pelaksanaannya di lapangan kurang diantisipasi.
Sementara itu, Ketua Panpel PORPROV Pande Made Purwata menyampaikan apresiasi atas undangan Wagub Ketut Sudikerta. Ia menerangkan bahwa sejauh ini perhelatan PORPROV berjalan dengan baik. Terkait dengan kekurangnyamanan yang terjadi pada prosesi pembukaan, Pande Purwata juga menyampaikan permohonan maaf. “Tak ada sedikitpun niat kami untuk mempermalukan siapa-siapa, justru kami yang malu ,” tandasnya.
Pihaknya hanya ingin memberi pertunjukkan terbaik yang mencerminkan kalau Gianyar itu merupakan daerah seni. Hanya saja dalam pelaksanaannya terjadi force majeure (kejadian atau keadaan yang terjadi diluar kuasa dari para pihak yang bersangkutan,red). Alhasil, ketika tiba acara pembacaan sambutan gubernur, para atlet sudah berada di luar stadion.
Menanggapi penjelasan Ketua KONI dan Panpel PORPROV, Wagub Sudikerta dapat memahami hal tersebut.
Dalam kesempatan itu Ia juga mengklarifikasi sejumlah pemberitaan yang menyebut dirinya marah atau ngambul sehingga tidak membacakan sambutan. “Tidak mungkin saya membacakan sambutan, sementara atletnya sudah tidak ada,” imbuhnya.
Sudikerta berharap kejadian ini dapat dijadikan pelajaran agar tak terulang pada prosesi penutupan. Dia memahami dan mengapresiasi keinginan tuan rumah untuk mengkolaborasikan seni dan olahraga. pur/ari
Komentar