Sikap Tegas Pemerintah Diperlukan Dalam Menindak Simpatisan ISIS di Indonesia
Jumat, 11 Agustus 2017
00:00 WITA
Nasional
3715 Pengunjung
internet
Opini, suardewata.com - Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sepak terjangnya menjadi momok bagi semua negara yang ada di dunia tidak terkecuali negara kita Indonesia. ISIS menjelma menjadi ancaman paling berbahaya , hampir setiap hari kita mendegar pemberitaan, melihat gambar serta video kejahatan dan kebiadabaan mereka. Yang dikhawatirkan dari kelompok ini adalah salah satu kekuatan mereka adalah sangat up-to-datedengan perkembangan tehnologi komunikasi. ISIS memiliki dan menggunakan media yang canggih, jauh melebihi kelompok teroris al-Qaeda dan kelompk teroris lainnya. Propaganda mereka sangat banyak, bervariasi, dan sekaligus berbahaya bagi masyarakat di dunia.
Kelompok ISIS juga sangat lihai dalam menggunakan media sosial sebagai alat kampanye terorisme, sebagai alat menebar kebencian, propaganda, dan ancaman tanpa henti setiap harinya. ISIS juga memiliki sumber pendanaan yang tidak sedikit. Kegiatannya pun lebih menakutkan lagi, mereka bermetamorfosa atau sanggup mengubah bentuk menyesuaikan keadaan, di negara mana dia akan bermain sehingga kita tidak sadar ada kelompok radikal yang sudah disusupi ISIS sampai keadaannya benar-benar terlambat.
ISIS adalah kelompok yang paling kejam dalam sejarah terorisme. Diperkirakan bahwa ada sekitar 80 persen dari pendatang asing yang amat militan berduyun-duyun datang . Di Indonesia ini, kita harus lebih berhati-hati terhadap semua gerakan yang berafiliasi dengan ISIS. Mereka merekrut dengan cara yang sulit terduga. Mereka juga menyusup dengan penuh kecerdasan ke dalam kelompok-kelompok yang cinta mati pada paham radikal. Indonesia sangat rentan terhadap masuknya paham radikal dan paham ekstrim lainnya yang punya ambisi besar dan rencana dahsyat mendirikan kekhilafahan. Mereka itu sesungguhnya adalah musuh bersama.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan sejak awal sudah mendeteksi masuknya paham ISIS ke Indonesia. Paham ISIS sudah masuk ke Indonesia sebelum gerakan tersebut dideklarasikan di Timur Tengah. Paham tersebut masuk ke Indonesia lebih banyak melalui jaringan Internet. Masyarakat Indonesia, dengan mudah mengakses informasi seperti berita, artikel, hingga video tentang paham ISIS melalui dunia maya. Bahkan melalui dunia maya ada yang berkomunikasi dengan anggota ISIS di Timur Tengah.
Negara kita harus waspada dengan kehadiran ISIS dalam berbagai bentuk dan manifestasinya yang hendak merusak NKRI dan kebhinekaan. Kita wajib berjuang menjauhkan Indonesia dari kehancuran kaum radikal dan kelompok teroris. Kita harus terus berjuang mempertahankan NKRI. Oleh karenanya Simpatisan ISIS yang ada di Indonesia pun aparat keamanan harus dapat menindaknya. Kejadian di Sorong Papua Barat, Satuan Reserse Kriminal dan Satuan Intel Polres Kota Sorong, mengamankan terduga simpatisan ISIS berinisial BA (20), pada Minggu 9 Juli malam lalu. BA yang tinggal di Jalan Jenderal Sudirman RT 04/RT 01, Kelurahan Malabutor, Distrik Sorong Manoi, merupakan karyawan salah satu hotel di Kota Sorong.
Dari hasil penggeledahan di tempat kos pelaku, polisi mengamankan buku yang berjudul “5 Khalifah Kebanggaan Islam” karangan Syaikh Khalid Muhammad Khalid, Koreksi Ulang Syaikh Al Bani” karangan Abdul Basith Bin Yusuf Al Gharib, “Memburu Doa Rasululah” karangan Taufiq Umar Sayyidi, dan satu unit ponsel yang digunakan pelaku untuk mengunggah rekaman video di YouTube. BA diamankan karena telah mengimbau akan kesetiannya dan dukungan terhadap ISIS. Kepolisian masih akan mendalami sejauh mana keterlibatan BA dalam kelompok ISIS. Apakah hanya sebagai gaya-gaya atau pikirannya sudah terpengaruh berjuang untuk ISIS dengan mendirikan kekalifahan.
Satu lagi terduga teroris yang ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri sebelum perayaan Idul Fitri 1438 Hijriah berinisial RZ dan AZ di Cianjur, Jawa Barat. Mereka berencana akan melakukan penyerangan ke Mapolsek Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dalam perkembangannya polisi menangkap HSS pada Senin, 10 Juli 2017, di Cianjur dan menyusul AAB alias Abu Umar tertangkap di Sukabumi pada Selasa, 11 Juli 2017. Informasinya terduga jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini sudah menyiapkan persenjataan untuk melakukan penyerangan selain ke Mapolsek Cisaat juga Mapolsek Cianjur Kota, Cianjur. Mereka berencana melakukan penyerangan menggunakan senjata api dengan sasaran anggota polisi yang tengah bertugas di kedua polsek tersebut dan etnis keturunan.
Dengan adanya penangkapan dari jaringan dan simpatisan ISIS oleh aparat keamanan, kita berharap masyarakat yang bersimpati dengan cara ikut ikutan atau sekedar gagah gagahan ataupunj ingin mendirikan negara khilafah dengan mengidolakan gerakan garis keras atau paham radikal menjadi terbuka pikirannya. Mereka harus keluar tidak lagi menjadi simpatisan atau mengidolakan mereka. Karena, ketika mereka masuk dalam kelompok tersebut maka yang akan dirugikan bukan hanya dirinya sendiri, yang akan terkena imbasnya orang tua mereka dan keluarga besar mereka.
Pemerintah dalam hal ini aparat keamanan juga harus terus melakukan upaya upaya agar simpatisan ISIS tidak dapat berkembang di indonesia agar negara kita jauh dari gerakan gerakan radikal yang merugikan semua pihak, tidak terkecuali masyarakat luas. Gerakan radikal tidak boleh berkembang dan didiamkan. Oleh karenanya, menghimbau kepada semua elemen terkait/pemangku kepentingan dan masyarakat luas dapat bersinergi didalam melakukan upaya pencegahan dari praktek praktek teror mereka agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap berdiri tegak tidak bisa mereka kalahkan.
Sasman S.Ag(pemerhati masalah gerakan radikal/teror)
Komentar