Kantongi Restu Masyarakat, Bagiada Optimis Maju Cagub Bali 2018
Kamis, 01 Juni 2017
00:00 WITA
Buleleng
5111 Pengunjung
istimewa
Buleleng, suaradewata.com - Niat tarung Mantan Bupati Buleleng dua periode, Putu Bagiada, dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 2018 cukup menjadi viral di dunia maya. Sejumlah dukungan dan penolakan mengalir atas itikad Bagiada memimpin Bali di tahun 2018.
Sejumlah penolakan mengungkap latar belakang kasus korupsi yang pernah dituduhkan kepada mantan petinggi bumi Panji Sakti. Seperti yang diungkap oleh pemilik akun Dewa Yudha Handhi di jejaring sosial Facebook. Ia menuliskan menuliskan komentarnya pada dinding yang berisi berita suaradewata.com terkait rencana majunya mantan pencetus jalur Shortcut Denpasar - Sumberkima di era kepemimpinannya.
Seperti yang dikutip suaradewata.com dalam kolom komentar mengatakan "Beh be ngae'' dogen kalingan Gubernur bupatiden be singbeneh (Mengada-ada saja, jangankan Gubernur, Bupati saja sudah tidak benar)".
Reaksi penolakan lain pun muncul dari pemilik akun Suma Armika pada sosial media yang sama. Akun Suma Armika menuliskan "Bupati saja korupsi apalagi".
Mirisnya, reaksi penolakan ternyata tampak masih kalah jumlah dari faksi para "Likers" yang mengacungkan jempol atas rencana majunya Bagiada.
Beberapa komentar dukungan pun mengalir di luar dari dukungan tertulis diatas materai yang di kirim langsung oleh kelompok masyarakat serta perorangan.
Seperti yang ditulis oleh pemilik akun Komang Suparta pada kolom komentar yang sama. "Hak politik pak Bagiada kan ndak (Tidak) dicabut. Wajar dong beliau ikut meramaikan PILGUB 2018" dan mendapat jempol oleh pemilik akun Gobang Sudiksa.
Tak bentuk dukungan jempol serta komentar sengit. Sejumlah reaksi lain pun muncul di kolom komentar group Suara Buleleng pada jejaring medsos Facebook.
Ialah pemilik akun Putu Suharta yang membeberkan keberhasilan nyata perubahan positif Kabupaten Buleleng dalam periode kepemimpinan Bagiada. Sebagaimana yang dimaksud Putu Suharta yakni sejumlah akses jalan tembus serta terobosan pariwisata yang menjadi rintisan awal Bupati Buleleng Ketujuh itu.
Aspirasi dukungan terhadap Bagiada maju sebagai Calon Gubernur Bali 2018 pun juga mengungkapkan tentang sejumlah perkembangan kawasan desa-desa yang dulunya disebut mati kemudian sejak Bagiada memimpin menjadi berkembang seperti Desa Pohbergong, Desa Sambangan, Desa Kacut, dan desa lainnya.
Bahkan ungkapan penolakan dengan tudingan korupsi pun terbantahkan dengan munculnya sejumlah dugaan konspirasi yang menimpa mantan petinggi Buleleng itu.
Lalu, bagaimana Bagiada menghadapi penolakan?
Ia yang sempat dikonfirmasi awak media tampak santai menghadapi penolakan. Menurutnya, dalam politik hal tersebut sudah sangat biasa dan wajar. Bagiada pun mengaku bahwa bukan cuma kritikan secara tidak langsung yang pernah dihadapinya. Aksi penolakan yang berbingkai konspirasi pun tak luput dari perjalanan kepemimpinannya.
"Saya ingat dulu ketika mendatangkan investor luar negeri ke Buleleng. Sebelumnya pasti saya kumpulkan masyarakat untuk mendengar aspirasi. Banyak sekali kejadian, ketika sekarang bilang mendukung lalu setelah investor saya datangkan lalu malah menciptakan masalah dan konflik sosial," ujarnya sambil tersenyum ringan.
Jika jumlah dukungan masyarakat lebih banyak daripada yang menolak, lanjut Bagiada, tentunya harus mendengarkan kepentingan masyarakat banyak. Dan selanjutnya menyusul memberikan pemahaman dengan berdialog langsung bagi masyarakat yang menolak.
"Masyarakat berhak kok menolak atau mendukung. Saya kan milik masyarakat (Dulu semasa jadi Bupati). Yang menolak pun tetap menjadi masyarakat yang harus saya dengarkan keinginannya. Hanya saja, harus dengan landasan yang jelas serta cara yang layak. Wong di maki saja, saya harus tetap terima kok. Itulah resiko jadi pemimpin daerah," pungkasnya.adi/dev
Komentar