Pertama Kali Tahun Ini Desa Temukus Nyepi Dua Kali
Jumat, 17 Maret 2017
00:00 WITA
Gianyar
4475 Pengunjung
suaradewata.com
Buleleng, suaradewata.com - Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng, pada Jumat (17/3/2017) pertama kali menggelar Upacara Penyepian, diluar Hari Raya Nyepi pada umumnya. Suasana hening dan sunyi menyelimuti Desa itu. Bahkan, Pecalang-pecalang Desa Pakraman Temukus menjaga setiap pintu masuk gang ke rumah-rumah warga, dengan ditutup memakai kayu.
Nyepi di Desa Temukus ini, merupakan rentetan dari kegiatan Upacara Pecaruan Balik Sumpah Desa Pakraman Temukus. Berarti dalam tahun ini, Desa Temukus menggelar Catur Brata Penyepian sebanyak dua kali, diluar perayaan Nyepi pada umumnya.
Nyepi di Desa ini dilakukan, karena "Leteh" Desa yang disebabkan adanya kematian krama secara berturut-turut dan adanya beberapa kejanggalan lainnya yang terjadi diluar akal manusia. Warga pun, menjalankan penyepian ini dengan khusuk tanpa ada yang keluar rumah.
Menurut salah seorang warga setempat, Arya mengatakan, Nyepi ini baru pertama kali dilakukan. Menurutnya, penyepian ini dilakukan memang berdasarkan kesepakatan krama. "Pertama kali ini, ya seperti Nyepi biasanya," kata Arya, saat menjalankan Nyepi dirumahnya.
Nyepi di Desa Temukus berlangsung selama sehari. Bahkan, selama melaksanakan Nyepi, sekolah, usaha-usaha maupun pertokoan yang ada di Desa itu, ditutup. Hanya saja, untuk siswa yang sedang menggelar ujian, tetap dilangsungkan seperti biasa.
"Kalau sekolah yang ujian, tetap berlangsung seperti biasa. Ada juga mushola disini, kan kebetulan Sholat Jumat sekarang, mereka tetap sembahyang, tapi tidak menggunakan alat pengeras suara," ujar Pecalang Desa Pakraman Temukus, Made Astika, ditemui disela-sela menjalankan tugasnya.
Menurut Astika, Nyepi ini merupakan rentetan dari Upacara Pecaruan. Berdasarkan kepercayaan orang Bali, kata dia, Desa Temukus harus menggelar Upacara Pecaruan secara besar, untuk menghilangkan leteh di desanya.
"Ya, karena leteh. Karena kepercayaan orang Bali, harus digelar ini. Ini pertama kali, upacara Pecaruan yang biayanya besar mencapai Rp500 juta, urunan dari krama dan beberapa usaha yang ada disini," jelas Astika.
Sementara Bendesa Desa Adat Temukus, Made Sumista menjelaskan, upacara penyepian ini merupakan, wujud dari penyucian diri krama Desa Temukus, usai menggelar upacara Pecaruan Balik Sumpah. Sumista tidak menampik, upacara penyepian ini dilakukan, karena Desa mengalami Leteh.
"Ya, ini baru pertama kali, tidak setahun sekali, bisa 25 tahun atau 20 tahun sekali. Proses Nyepi, sama seperti Nyepi pada umumnya, krama tidak boleh keluar dan melakukan aktivitas. Ini berdasarkan kesepakatan krama, lewat usulan dan ada pawisik dari Sulinggih," ungkap Sumista.
Sebelum dilaksanakan Nyepi, pada Rabu (14/3) digelar Upacara Mepepada di Desa Pakraman Temukus, yang kemudian dilanjutkan Pada Kamis (16/3) dengan puncak Upacara Balik Sumpah. "Sekarang Nyepi-nya, istilahnya krama membersihkan diri atau menyucikan diri usai upacara pecaruan," beber Sumista.
Dalam Nyepi ini, hanya dilibatkan krama Desa Pakraman Temukus, sedangkan arus lalulintas disepanjang Jalan Raya Provinsi berjalan normal. "Nyepi hanya bagi krama kami saja. Orang diluar, tidak diperkenankan masuk ke rumah warga atau jalan menuju ke rumah-rumah warga, dan dijaga Pecalang. Ini hanya sehari saja," pungkas Sumista.
Nyepi di Desa Temukus, dijalankan seluruh krama atau warga Desa setempat. Tak ada lalu lalang warga setempat yang keluar rumah. Mereka tampak khusuk selama menjalankan proses Catur Brata Penyepian ini. rik/adi/ari
Komentar