Bangli, suaradewata.com – Seperti diketahui Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bangli paling besar ditopang dan disumbangkan dari sektor pariwisata. Hanya saja, pengelolaan termasuk promosi yang dilakukan terhadap sector jasa ini justru belum maksimal dilakukan. Buktinya, anggaran yang dikelola Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bangli untuk mempromosikan pariwisata tahun 2017 terbilang sangat minim. Bahkan dibandingkan tahun lalu, saat ini anggaran promosi ke luar daerah turun.
Kepala Bidang Promosi Disparbud Kabupaten Bangli I Wayan Merta saat dikonfirmasi Minggu (12/3/2017) mengakui adanya penurunan anggaran promosi ke luar daerah tahun 2017.Disampaikan, anggaran promosi yang dikelolanya hanya Rp 330 juta. “Sesuai arahan bapak Bupati, dari jumlah tersebut sebagian besar anggarannya diplot untuk mengikuti kegiatan BBTF (Bali & Beyond Travel Fair) yang digelar Asita Bali di Nusa Dua, bulan Juni mendatang sebesar Rp 200 juta,” bebernya.
Sementara sisanya, baru dialokasikan untuk pencetakan buklet, CD dan promosi ke luar daerah. “Tahun ini memang ada penurunan anggaran promosi. Salah satunya, untuk promosi keluar daerah, kita hanya mendapat anggaran Rp 80 juta atau sekitar dua kali perjalanan luar daerah. Sedangkan tahun lalu anggaran promosi ke luar daerah sekitar Rp 160 jutaan,” paparnya.
Oleh karena itu, rencana untuk melakukan promosi ke luar negeri tidak bisa di lakukan karena anggaranya memang terbatas. Padahal, diakui Merta, pihaknya telah merancang untuk bisa menggaet wisatawan asing dengan melakukan promosi langsung luar negeri seperti ke Singapore, Malaysia dan Berlin serta Jerman.
Dampaknya, kata dia, upaya Disparbud menggaet wisatawan secara langsung untuk bisa datang ke Bangli tidak bisa dilakukan dengan optimal. “Ada beberapa daerah yang selama ini sebenarnya sangat potensial untuk bisa mendatangkan wisatawan domestik saat hari raya ke Bangli seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI. Namun karena anggaran yang terbatas, promosi secara langsung ke daerah tersebut tidak semua bisa kita lakukan ,” tegasnya.
Pihaknya menganggap, promosi secara langsung penting dilakukan karena lebih bisa meyakinkan untuk bisa menarik wisatawan ke Bangli. “Sosial media memang ampuh untuk sarana promosi. Tapi promosi secara langsung, lebih menyakinkan bisa mendatangkan wisatawan karena kita bisa menjelaskan secara detail keunggulan-keunggulan objek wisata yang kita miliki,” tegasnya. Atas persoalan tersebut, pihaknya terpaksa menyiasati minimnya anggaran promosi pariwisata di Bangli dengan nebeng pada kegiatan promosi pariwisata yang dilakukan pemerintah Provinsi Bali.
Disisi lain, Dr. I Ketut Mardjana salah seorang pelaku pariwisata Bangli yang juga pemilik Toya Devasya Natural Hot Spring and Camping Resort, sempat menyayangkan potensi Bangli yang begitu kaya dengan adat budaya yang menarik dan keindahan alam yang telah mendapat pengakuan dunia, belum sepenuhnya bisa dikembangkan secara maksimal. “Sering kali ada pertanyaan kenapa Bangli tidak bisa berkembang. Padahal, Bangli banyak menyimpan beragam adat budaya yang menarik. Belum lagi keindahan kekayaan alam yang luar biasa. Itu yang mestinya kita kembangan dan kita tunjukan kepada dunia,” sebutnya saat acara Media Gathering di Toya Devasya belum lama ini.
Lebih lanjut menyinggungperkembangan pariwisata kata dia, sejatinya pariwisata di Kintamani tumbuh dari bawah. Oleh karena itu, diharapkan Pemda Bangli bisa memberikan perhatian lebih salah satunya dengan dengan mempercepat perbaikan dan pembangunan kembali infrastruktur yang kini banyak rusak pasca bencana Kintamani. “Kalau infrastruktur dan SDM-nya sudah bagus, tentunya kesiapan kita menerima wisatawan akan semakin baik pula. Hal ini tentunya akan menjadi promosi yang bagus untuk perkembangan pariwisata Bangli ke depan,” ungkap Ketua Terpilih PHRI Kabupaten Bangli ini. ard/ari
Komentar