Ironis, Harga Cabe Meroket, Petani Justru Gigit Jari
Jumat, 13 Januari 2017
00:00 WITA
Bangli
3707 Pengunjung
suaradewata.com
Bangli suaradewata.com- Ditengah meroketnya harga cabe sejak sepekan terakhir, nyatanya tidak banyak membuat para petani cabe di Kabupaten Bangli sumringah. Sebaliknya, sebagian petani setempat justru menjerit dan terancam gigit jari. Pasalnya, dampak cuaca buruk dan serangan berbagai penyakit, telah menyebabkan buah cabe menjadi cepat membusuk dan rontok sehingga memicu petani gagal penen. Untuk mengurangi kerugian yang besar, para petani terpaksa melakukan panen sebelum waktunya dan mengakibatkan produksinya jeblok hingga 70 persen.
I Putu Kerti (39) salah seoarang petani asal Tembuku, mengakui dampak musim penghujan telah menyebabkan tanaman cabenya menjadi rawan rontok. “Karena musim penghujan, buah cabe menjadi cepat busuk dan rontok,” jelasnya saat ditemui, Jumat (13/01/2017). Disebutkan, tingkat kerontokan cabenya mencapai 70 persen lebih. “Biasanya dalam hitungan seminggu, sekali panen untuk hitungan seribu pohon bisa menghasilkan 10 kilogram hingga belasan kilogram cabe. Tapi sekarang karena banyak yang rontok, paling banter bisa menghasilkan dua hingga tiga kilogram per minggu,” jelasnya.
Kondisi ini, diakui, karena diperparah banyaknya serangan berbagai penyakit terutama serangan lalat kuning dan antrak. “Tingginya tingkat kerontokan terjadi selain pengaruh hujan juga karena serangan berbagai penyakit,” sebutnya. Umumnya, gejala cabe yang akan rontok, ada bintik hitam pada bagian buah karena gigitan hama. Selain itu, kondisi tanaman menjadi kering dan mudah layu. “Kalau sudah terserang penyakit, walaupun buah cabe masih muda pasti rontok,” sebutnya.
Akibatnya, lanjut bapak dua anak ini, meski harga cabe saat ini terbilang tinggi namun hasil yang didapat tidak maksimal. Kata dia, di tingkat petani harga cabe masih berkisar Rp 70.000-Rp80.000/kg. “Harga cabe sampai saat ini memang masih tinggi. Tapi karena hasilnya yang memang sedikit, sehingga tidak bisa mendapatkan untung yang berarti,” jelasnya.
Hal yang sama juga diakui, Made Pasek (52) petani cabe asal Susut. Disampaikan, dampak karena cuaca buruk telah menyebabkan tanaman cabenya turut terserang penyakit. “Berbagai upaya pengobatan telah saya dilakukan. Hanya saja, hasilnya tidak maksimal. Kalau sudah terserang penyakit susah untuk diobati,” tegasnya. ard/ari
Komentar