Rusia Meradang, Petaka Bagi Ankara
Jumat, 06 Januari 2017
00:00 WITA
Nasional
3335 Pengunjung
istimewa
Ket foto : Presiden Rusia Vladimir Putin
Opini, suaradewata.com - Dunia dikejutkan dengan persitiwa penembakan mati Duta Besar Rusia untuk Turki Andrey Karlov Selasa (20/12), yang dilakukan oleh Mevlut Mert Altintas diduga merupakan mantan perwira polisi Turki yang dipecat oleh Erdogan lantaran terlibat dengan aksi kudeta beberapa waktu silam. Aksi ini terjadi seketika tatkala Andrey Karlov kala itu sedang melakukan konferensi pers di sebuah galeri seni Ankara yang selaras dengan rencana pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia, Turki dan Iran di Moskow untuk membahas situasi di Suriah beberapa hari mendatang.
Motif Penembakan Andrey Karlov
Berbagai sepekulasi lahir melandasi motif dan penyebab penembakan Dubes Rusia untuk Turki Andrey Karlov tatkala beberapa waktu lalu, hubungan Turki dan Rusia sedikit memanas karena keterlibatan kedua negara dalam konflik di Suriah.
Posisi Turki dan Rusia yang berseberangan dalam kerusuhan Aleppo beberapa waktu yang lalu, diduga menjadi prasangka motif dengan persentase terbesar lantaran posisi Rusia yang diduga mendukung kelompok bersenjata atau pemberontak di Allepo, Suriah sedangkan posisi Turki dikebalikannya.
Selain itu, upaya provokasi untuk memperkeruh suasana hubungan bilateral diantara dua negara, antara Rusia dan Turki oleh pihak ketiga dimungkinkan sebagai upaya lanjutan suatu kelompok yang berkemungkinan besar masih berafiliasi dengan Fetullah Gullen (Pemimpin Aksi Kudeta Gagal Turki) beberapa waktu silam. Bisa jadi peristiwa ini merupakan aksi lanjutan kelompok kepentingan Turki untuk menimbulkan konflik di Ankara sebagai daya dan upaya untuk menurunkan Erdogan (Presiden Turki) melalui tangan Rusia.
Respon Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin tidak serta merta memanas dan merespon negatif peristiwa yang menewaskan perwakilan negaranya di Ankara. Aksi penembakan terhadap salah satu Dubes Kepercayaannya tersebut hanya dianggap sebagai tindakan terorisme sebuah kelompok kepentingan.
Meskipun Putin merespon dingin hal tersebut ditambah dengan komunikasi langsung via telpon antara Putin dan Erdogan segera setelah persitiwa penembakan, akan lebih baik pihak keamanan Turki bersama dengan Kementerian Luar Negerinya, segera meningkatkan keamanan dan kewaspadaan terhadap potensi ancaman keamanan baik bagi negara maupun perwakilan negaranya.
Respon Putin yang mengatakan bahwa aksi penembakan terhadap Andrey sebagai upaya tindak terorisme dan akan ditumpas habis, dapat dinilai sebagai indikasi awal petugas keamanan sekaligus aparat intelijen Rusia untuk melakukan infiltrasi diinternal pemerintahan Turki.
Upaya melancarkan maksud dan tujuan terselubung Putin dengan dalih memberantas teroris, dapat dilakukan secara seksama tatkala diyakini bahwa hubungan Turki dan Rusia saat ini berada di bara api.
Mengingat Turki merupakan salah satu negara yang memiliki hubungan bilateral dengan Indonesia sekaligus negara yang banyak menyediakan beasiswa bagi masyarakat Indonesia, ada baiknya apabila Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui Duta Besar Indonesia di Ankara, agar segera meningkatkan komunikasi, melakukan pendataan, serta mengantisipasi potensi ancaman sekaligus kerusuhan bagi warga yang dapat diperkirakan akan berlangsung beberapa waktu mendatang. Hal tersebut dilandasi oleh situasi dan kondisi keamanan di Turki dapat dikategorikan tak menentu karena potensi Rusia untuk melakukan serangan balik berkedok terorisme dapat saja terjadi sedemikian cepatnya.
)* Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia
Komentar