Opini, suaradewata.com - Front Pembela Islam (FPI) kembali menjadi aktor panas dalam aksi unjuk rasa 4 November terkait tuntutan penangkapan Basuki Tjahya Purnama atau Ahok yang diduga terlibat dalam kasus penistaan agama Islam. Hangatnya FPI menjadi topik pembicaraan di media saat ini, diduga sebagai buntut dari adanya keterlibatan anggota FPI pada kerusuhan yang terjadi pada Jumat malam (4/11).
Aksi ini lantas menuai kecaman dan penolakan dari beberapa pihak, tatkala kerusuhan yang terjadi berujung pada aksi kekerasan seperti penjarahan beberapa mini market, pembakaran beberapa fasilitas umum, hingga kekerasan terhadap aparat kepolisian. Mem-flash back aksi yang diselenggarakan oleh FPI, mengingatkan beberapa catatan kelam terhadap kehadiran FPI dibeberapa daerah:
1. Kediri Menolak Kehadiran FPI
Ketua Gerakan Aksi Silat Muslim Indonesia (GASMI), Zainal Abidin menolak keras eksistensi FPI di Kediri, Jawa Timur. Dirinya meminta seluruh anggota FPI Kediri agar segera memberhentikan kegiatannya pada Selasa 14 Februari 2012, lantaran kekecewaan terhadap segala aksi FPI yang terkategori keras dan cenderung mencederai perjuangan Islam.
2. Suku Dayak Menolak FPI di Kalimantan Tengah
Aksi FPI yang acapkali diisi dengan tindak kekerasan memicu sejumlah ormas dan warga suku Dayak menentang rencana pendirian FPI di Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Gerakan Pemuda Dayak Kalteng pada 11 Februari 2012, Yansen Binti mengatakan bahwa filosofi “Huma Betang” yang berarti kebersamaan dalam keragaman yang mereka anut, sangat menjunjung tinggi perdamaian serta toleransi umat beragama, bukan sebuah kekerasan seperti apa FPI lakukan”.
3. Wonosobo Menghadang Kehadiran FPI
Di Wonosobo, Jawa Tengah, sejumlah warga sempat melakukan aksi penolakan terhadap kehadiran FPI dengan cara menghadang Ketua FPI Jawa Tengah, Syihabudin setelah berceramah di Desa Bowongso, Kalikajar. Aki ini diduga sebagai bentuk ketidak setujuan warga setempat terhadap konten ceramah Ustadz Syihabudin yang menyinggung aktivitas Banser – Organisasi Sayap Nahdatul Ulama (NU) yang menjaga gereja pada saat ada kegiatan keagamaan.
4. Sivitas Universitas Kupang Menjegal Langkah FPI
Memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2013, puluhan mahasiswa di Kupang, Nusa Tenggara Timur menggelar aksi penolakan terhadap keberadaan FPI dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Koordinator Aksi, Ilo mengatakan bahwa aksi ini sebagai bentuk keperihatinan pemuda Kupang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara yang cenderung semakin hari semakin diintervensi oleh ormas garis keras layaknya FPI dan HTI.
5. Tulungagung Bersih FPI
Penolakan terhadap keberadaan FPI juga terjadi di Tulungagung, Jawa Timur. Ketua Aliansi Masyarakat Tulungagung Cinta Damai, Maliki Nusantara menolak rencana FPI mendeklarasikan diri lantaran setiap aksi FPI dinilai cenderung menghalakan aksi bersifat keras sehingga merusak citra umat Islam. Pernyataan ini disampaikan pada 27 Oktober 2014, apabila terdapat anggota FPI berbuat onar atau melakukan tindak kekerasan, maka pihaknya tak segan akan melakukan sweeping dan perang fisik terhadap FPI.
6. Bubarkan FPI di Pontianak
Teringat kejadian di Jalan Sutoyo, Pontianak pada Kamis, 15 Maret 2012, saat ribuan orang berkumpul di Rumah Betang menuntut agar eksistensi FPI di Kalimantan Barat dibubarkan. Aksi ini dihadiri oleh beberapa LSM dan kelompok masyarakat yang Kota Pontianak seperti, Sei Ambawang dan Mandor, sebagai bentuk ketidaksukaan masyarakat setempat terhadap aksi FPI yang cenderung anarkis.
Setelah menelaah beberapa aksi penolakan terhadap keberadaan FPI di daerah-daerah terdahulu dan berujung pada kerusuhan 4 November kemarin, akankah aksi penolakan serupa muncul didaerah lain? Apakah pemerintah Indonesia berupaya menindak tegas aktor FPI yang diduga terlibat dalam aksi kerusuhan yang dinilai telah meresahkan warga kemarin? Allahuakbar, sudah selayaknya penegakan hukum dipertegas guna menjawab kesimpang siuran dari aksi-aksi ini.
Komentar