Ini Bantahan Telak Emmy Hafild Pada "Retorika" Aa Gym di ILC Bahas Demo 4 Nopember
Kamis, 10 November 2016
00:00 WITA
Nasional
4435 Pengunjung
istimewa
Pernyataan AAGym pada acara ILC tanggal 8 November itu bahaya sekali karena dinyatakan dengan halus dan sopan, pakai rasa, tapi sebenarnya menyesatkan.
Saya memberanikan diri menulis ini bukan karena saya sebagai pendukung Ahok khawatir Ahok kalah, tetapi sebagai umat Islam yang sangat awam yang merasa terusik dengan nuansa yg dipakai oleh Aa Gym dalam pernyataanya kemarin. Ilmu keIslaman saya cetek sekali, tetapi berusaha mengerti berdasarkan logika mengapa kasus ini meledak seperti ini. Saya melihat mengamati video Ahok yang dihebohkan itu sepanjang satu jam lebih dari awal sampai akhir sebelum ada postingan Buni Yani yang kemudian heboh itu.
Begini logika saya yang bodoh soal agama ini:
1. Bahwa larangan Al-Qur'an makan babi ayat 3 disamakan dengan ayat 51, itu seperti membandingkan jambu dengan mangga. Yg satu namanya perintah yg tidak bisa ditafsirkan seperti shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, naik haji dsb atau larangan membunuh, mencuri (ada 10 larangan yg masuk dalam dosa besar). Yang satu (Al Maidah 51) ayat yang pelaksanaannya memerlukan tafsir ( karena diturunkan dalam konteks perang). Ini sama misalnya dengan :pencuri dipotong tangannya atau pembunuh harus dibunuh. Perintah ini tidak dilaksanakan di semua masyarakat Islam, hanya diterapkan di Arab Saudi.
Artinya apa? Ada tafsir yg berbeda untuk ayat tersebut. Sama seperti Al Maidah 51 tidak semua ulama menafsirkan sama, perbedaan penafsiran itu dapat terjadi, seperti sekarang. Oleh karena itu ada pemimpin yg beragama lain dipilih, diangkat atau ditunjuk oleh masyarakat yang mayoritas Islam. Itu sah saja. Tapi kalau soal larangan makan babi, pasti dilaksanakan di seluruh masyarakat Islam. Kok dibandingkan sih?
2. Dia membandingkan pernyataan Ahok sebagai pedagang yg jualan daging babi melarang orang percaya dengan ayat Al Qur'an supaya jualan babinya laku. Menurut dia: konteks Ahok menyatakan jangan mau dibohongi pakai ayat Al Maidah 51, adalah supaya masyarakat tetap memilih dia. Padahal konteksnya justru berbeda, yg dinyatakan Ahok kira-kira: "bapak ibu jangan ragu -ragu untuk menerima bantuan ini karena dalam hati nggak mau milih saya karena dalam hati kecil bapak ibu, percaya kepada orang-orang yang membohongi pakai ayat Al Maidah 51, terus jadinya ragu-ragu untuk terima bantuan ini. Kalaupun bapak ibu tidak milih saya tidak apa-apa, terima saja bantuan ini, karena walaupun saya tidak terpilih, saya tetap jadi Gubernur sampai Oktober tahun depan. Jadi ibu jangan ragu-ragu ya, terima saja".
Konteks yang diceritakan Aa Gym itu sangat berbeda (beli daging babi dianalogikan sebagai milih Ahok) dengan konteks Ahok yang mengatakan tidak milih dia pun tidak apa-apa, terima saja bantuannya (analoginya nggak beli daging babi dari saya karena percaya kepada orang-orang yang membohongi pakai ayat Al Maidah 51, nggak apa-apa) . Memang lebih baik kalau Ahok tidak menyinggung soal.
3. AA Gym seolah mengatakan toleransi beragama tapi sebenarnya tidak seperti perkataannya: "semua orang berada di kotaknya, jangan keluar dari kotak masing-masing". Jadi posisi dia sebenarnya masyarakat yg terkotak-kotak. Jadi kalau saya bilang kepada umat Katholik: " mau saja dibohongi kalau pastor itu selibat, mana bisa manusia selibat, itu kan alami, makanya ada skandal seks di lingkungan gereja.." menurut AaGym nggak boleh saya bicara seperti itu. Karena saya tidak boleh keluar dari kotak saya. Saya orang Islam tidak boleh mengomentari orang Katholik. Padahal saya sering sekali ngobrol dengan teman-teman saya orang Katholik soal itu, secara serius atau becanda karena saya sekolah di SMA Katholik. Di mata saya yang bodoh ini, masalah toleransi di masyarakat yang majemuk adalah masalah kuping tebal dan kebesaran hati bukan masalah kuping tipis dan cepat tersinggung.
4. Dia bilang mau minta keadilan tapi menekankan adil yang dimaksud itu adalah yang sesuai dengan keinginannya: Ahok dihukum dan dipenjarakan ( disuarakan dalam demo bukan oleh AaGym di ILC). Dan menyatakan Presiden tidak bereaksi atas permintaan adil itu. Oleh karena itu demonstrasi dilakukan untuk meminta keadilan ditegakkan ( tangkap dan hukum Ahok). Ini bahaya, karena mendiktekan hasil akhir dari proses hukum. Kalau hasil akhir proses hukum Ahok dinyatakan tidak bersalah, lalu apa? Presiden intervensi? Hukum tidak adil?
Ini bahaya besar kalau di negara demokrasi, hukum didikte oleh tekanan massa menurut kaca mata sekelompok orang.
5. Fakta bahwa Ahok sudah minta maaf tidak dibahas sama sekali oleh Aa Gym. Apakah orang Islam itu pendendam? . Padahal ada beberapa ayat dalam Al Qur'an tentang maaf, sabar, menahan amarah, dan bahwa Allah memberikan penghargaan dan pengampunan apabila umatnya dapat memaafkan, karena hanya Allah yg menentukan kesalahan seseorang. Allah Maha Pengasih lagi Penyayang. Itulah dasar dar Islam Rahamatan lil Alamin.
6. Saya juga bingung, kenapa AaGym dan ulama-ulama itu, tidak memobilisasi umatnya untuk menentang korupsi? Katanya sumbangan datang datang dari mana-mana sampai berlebihan, bingung duitnya mau dipakai apa. Kalau memang mempunyai kekuatan memobilisasi massa ( katanya kalau tidak ditahan ada 10 ribu yg mau ikut) kenapa tidak memobilisasi massa untuk gerakan anti korupsi?
Karena sebagai orang Islam di negara yang populasi Muslimnya di satu negara terbesar di dunia, saya malu, kok Indonesia salah satu negara terkorup di dunia. Saya merindukan ratusan ribu umat Islam turun ke jalan meminta Presiden Jokowi untuk memberantas korupsi. Akhirnya saya yg bodoh ini bertanya ada apa sih dengan penceramah agama ( yang kemudian ngaku ulama) di Indonesia?
Omongan Aa Gym dilakukan secara halus dan sopan tapi implikasinya sama saja dengan Rizieq: penistaan agama, hukum Ahok dan jatuhkan Jokowi kalau tidak menghukum Ahok, dalam konteks Pilkada. Nggak ada urusannya dengan kemaslahatan umat. Tidak mencerminkan Islam yg Rahmatan lil Alamin.
Bahaya besar ....
Komentar