Diduga Diusir Keluarga, Dayu Suharti Ngungsi di Belakang Terminal Pesiapan
Minggu, 21 Agustus 2016
00:00 WITA
Tabanan
7087 Pengunjung
suaradewata
Tabanan, suaradewata.com – Kehidupan Komang Asih, 27, dengan ibunya Dayu Suharti,80, cukup memprihatinkan. Setelah delapan tahun tinggal di belakang Terminal Pesiapan, Tabanan. Letaknya paling bawah di sekitar komplek perumahan Pesiapan.
Saat disambangi pada Minggu (21/8/2016), Dayu Suhari tidak ada dirumah. Namun anaknya, Komang Asih, yang ada di rumah. Dayu Suharti sendiri sedang keluar rumah untuk bekerja sebagai tukang suun dagangan saudagar di terminal.
Menurut penuturan Komang Asih, hanya ibunya Dayu Suharti yang mencari nafkah. Itu pun penghasilannya bila ramai per hari bisa mendapatkan Rp 50 ribu. Sedangkan bila sepi paling untung hanya dapat Rp 20 ribu per hari. Tanah yang ditempatinya merupakan tanah milik saudara kandung ibunya. Dan, masih belum jelas kepastian untuk tempat tinggal.
"Kurang lebih ada delapan tahun mengungsi di sini. Masih khawatir dengan kepastian tempat tinggal. Tanah ini mau dijual. Kami tidak tahu akan tinggal di mana nanti," ungkap Komang Asih.
Selain itu, tanah seluar delapan are tempat dirinya tinggal hanya berdiri satu rumah. Isinya tempat tidur dan dapur. Sejak tinggal di tempat itu, dirinya dengan ibunya sampai saat ini belum mendapatkan bantuan apa-apa.
"Tidak ada bantuan sama sekali, dan di sini ada juga ular. Selama sebulan kira-kira ada sampai sebelas kali ular datang ke rumah," beber Komang Asih.
Soal ketinggalan di belakang terminal, dia dan ibunya dulu tinggal di Banjar Kedampal, Desa/Kecamatan Kerambitan. Karena ada masalah di internal keluarganya, antara ibunya dan adik kandungnya, akhirnya Dayu Suharti mengungsi ke belakang Terminal Pesiapan.
"Dulu ibu saya mau dibuang. Dia ada masalah sama adik kandungnya. Awalnya sempat di buang ke pantai. Tapi, akhirnya istri dari paman saya itu mengajak tinggal di sini. Rumah ini sementara dihuni saya dan ibu saya,” imbuhnya.
Ditanya apakah pernah mendapatkan bedah rumah? Dia mengaku sampai sejauh ini belum pernah mendapatkannya. Apalagi, masalah antara ibu dan pamannya belum selesai.
"Kalau dulu diperbolehkan sama yang punya tanah, bisa dibedah rumah, suruh nempati dulu sampai ibunya gak ada, setelah itu baru boleh dibedah rumah" jawabnya.
Terkait hal itu, Kelian Dinas Dauh Pala Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan, I Ketut Sumahardika saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa tidak benar warganya tidak mendapatkan bantuan. "Raskin tetap dapat dari Kantor Desa, Jaskesmas, dan bantuan rutin juga dapat," ucap Sumahardika.
Dia menerangkan, tidak berani untuk mengajukan bedah rumah. Karena terkendala kepemilikan tanah. "Karena tanah itu bukan milik dia. Tanah itu milik saudaranya. Dia hanya dikasih minjam saja, " terang Sumahardika.
Dia juga berharap, ada yang tersentuh hatinya untuk memberi bantuan. Kepada warganya yang tinggal di dekat terminal Pesiapan. "Kami berharap ada yang bisa membantu rehab rumah tersebut. Sudah ada yang bocor bocor atapnya. Biar tidurnya tidak terganggu" harap Sumahardika. ang/hai
Komentar