Ini Kronologis Kematian KCD Versi Ibu Kandung Korban
Jumat, 19 Agustus 2016
00:00 WITA
Denpasar
8034 Pengunjung
suaradewata
Denpasar, suaradewata.com - Kasus kematian KCD (1,3 tahun), hingga kini masih menjadi misteri. Sudah 1,5 tahun kasus ini ditangani Polres Karangasem, namun aparat kepolisian justru belum berhasil mengungkap pelaku yang menghabisi nyawa bocah asal Banjar Iseh, Desa Iseh, Kecamatan Sidemen, Karangasem itu.
Kasus inipun mendapat perhatian DPRD Provinsi Bali, setelah pekan lalu diadukan oleh keluarga korban bersama sejumlah lembaga pemerhati anak. Bahkan sebagai tindaklanjutnya, Komisi IV DPRD Provinsi Bali mengundang Polda Bali dan Polres Karangasem dalam rapat dengar pendapat di Gedung Dewan, Jumat (19/8/2016).
Ibu kandung korban, Komang Suryani, juga tampak hadir dalam rapat yang dipimpin Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Bali Nyoman Parta, ini. Bahkan selama rapat berlangsung, Komang Suryani tak bisa menyembunyikan wajah sedihnya.
Sementara pendamping hukum dari LBH Bali, Ni Wayan Sita Metri, SH, mengatakan, kematian KCD terdapat kejanggalan. Bocah itu, kata dia, diduga menjadi korban pembunuhan. Pasalnya, terdapat luka di tubuh dan bibir korban, saat jasadnya ditemukan.
Mengutip pernyataan ibu kandung korban, Sita Metri menjelaskan bahwa pada hari kematiannya, KCD diasuh oleh kakek dan neneknya, I Wayan Pilpil dan Ni Nyoman Sukanti. Karena hendak menanak nasi sekitar Pukul 07.00 Wita, KCD diturunkan neneknya dari gendongan dan dibiarkan bermain di sekitar dapur.
Berselang 15 menit kemudian, karena hujan, neneknya meminta kakeknya mengendong cucunya yang sedang bermain. Namun, KCD justru tak ditemukan lagi di halaman dapur. Mereka kemudian mencari-cari di sekitar rumah, termasuk ke rumah tetangga yang berinisial NS yang juga masih kerabat dekat Pilpil.
Mereka sempat ribut dengan NS, sebab mereka dilarang masuk ke dalam rumah untuk mencari KCD. Mereka kemudian mencari KCD ke sekitar rumah. Karena hujan deras, pencarian dilanjutkan sore harinya dengan melibatkan warga setempat.
Betapa terkejutnya mereka saat menemukan KCD sudah tak bernyawa di gorong-gorong yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah. Saat ditemukan, demikian Sita Metri, tubuh KCD masih terasa hangat dengan posisi tubuh hanya bagian bawah terendam. Sedangkan kepala tidak terendam, karena tertahan pelepah kelapa.
Kejanggalan lain yang menguatkan dugaan KCD dibunuh, lanjut Sita Metri, sebab dengan usianya masih 1,3 tahun yang belum lancar berjalan tapi bisa berada di gorong-gorong yang jaraknya cukup jauh dan jalannya sempit. Saat ditemukan sore hari, badan KCD juga masih hangat, padahal bocah itu sudah menghilang sejak pagi.
Kejanggalan ini pun diperkuat dengan hasil otopsi dokter forensik RS Sanglah yang menemukan telur mata sapi dalam lambung korban. Padahal pada pagi harinya, KCD hanya diberi sarapan pentol ikan. "Itu artinya ada orang lain yang memberinya telur mata sapi sebelum meninggal," kata Sita Metri.
Pihaknya heran, Polsek Sedimen yang menangani kasus tersebut hingga kini belum bisa mengungkap pelakunya. "Kami heran, sampai sekarang polisi kok tidak bisa mengungkap kasus ini. Padahal sudah banyak petunjuk yang bisa mengarahkan polisi kepada pihak tertentu,” tandas Sita Metri.
Sementara itu, saat mengadu ke DPRD Provinsi Bali pekan lalu ibu kandung korban Komang Suryani, berkeyakinan bahwa anaknya dibunuh pamannya sendiri, NS. "Feeling saya, paman saya NS. Kenapa? Karena dia tidak baik dengan keluarga kami. Dulu sering ribut soal warisan tanah," tuturnya.
Menurut Komang Suryani, kasus yang telah lama mengendap di Polsek Sidemen ini diungkap kembali, karena selama ini penyidik Polsek Sidemen menjanjikan kepadanya akan mengungkap tuntas kasus kematian anaknya. Namun 1,5 tahun berlalu, pengungkapan kematian anaknya tak juga ada titik terang. san/hai
Komentar